Keistimewaan Kota Jogja

abdi dalam 1

Kota jogja memang identik dengan kota pelajar, karena jika dilihat dari jumlah Universitas di jogja sendiri kurang lebih ada sekitar 80’an Universitas, baik itu Universitas negeri ataupun Universitas swasta. dan kemudian kota jogja juga di kenal dengan kota wisata bukan hanya karena indahnya pemandangan di setiap pariwisatanya tapi lebih dari itu banyak budaya dari masyarakat yang masih di jaga oleh warganya yang menyebabkan banyak wisatawan baik itu wisataawan lokal ataupun wisatawan internasional.
Dan taukah anda apa yang membuat kota jogja di sebut dengan kota istimewa? sebagian besar dari kita pasti akan menjawab karena kota jogja adalah satu-satunya provinsi yang di pimpin oleh seorang raja, namun lebih dari itu di balik sebutan kota istimewa karena ada filsafat yang di jaga oleh warganya yaitu “Asah, Asih, Asuh”.
Apa si arti dari Asah, Asih, Asuh?, yang pertama Asah, itu di ambil dari kata mengasah atau mempertajam, jadi setiap warga jogja dia mempunyai tanggungan untuk mengasah intelektualnya, artinya dia harus mengutamakan pendidikan, dan hasilnya sudah jelas sekarang jogja dikenal dengan kota pelajar, karena banyak Universitas di jogja yang mencetak orang-orang yang berpengaruh bagi kemajuan negara ini. kemudian Asih, asih sendiri di ambil dari kata Kasih atau secara umum ialah kasih sayang, dari situlah setiap warga jogjapun diharuskan mempunyai sikap yang saling menyayangi, baik sesama manusia maupun alam sekitarnya. dan yang terakhir adalah Asuh, Asuh sendiri di ambil dari kata mengasuh atau menjaga, jadi dapat di artikan bahwa setiap warga jogja mempunyai beban untuk menjaga atau mengasuh setiap budaya yang dimilikinya. dan itu dapat di buktikan walaupun budaya barat semakin berkembang pesat dan tak jarang lebih di minati oleh para remaja, namun di jogja masih banyak daerah yang tetap melestarikan budayanya di saat di daerah-daerah lain mulai melupakan budayanya.
dari situlah kita dapat mengambil kesimpulan kenapa jogja dapat di katakan sebagai miniatur indonesia karena di jogjalah berbagai budaya asli indonesia masih tetap terjaga, dan lebih dari itu banyak pemuda yang memilih merantau ke jogja, bukan untuk bekerja tapi kebanyakan lebih untuk menuntut ilmu di kota pelajar ini.

Ahmad Ariefuddin

Kredit Bagi Remaja

Kredit bagi Remaja

Saya adalah remaja kelahiran 24 september 1995, jadi sekarang umur saya 19 tahun. Kenapa saya mengatakan bahwa saya masih remaja?, nanti akan kalian ketahui setelah membaca pengertian remja di bawah ini. Perihal judul yang saya berikan pada tulisan saya kali ini yaitu “Kredit bagi Remaja” bukan dampak karena saya adalah alumni Perbankan Syariah, tetapi saya hanya belajar dari pengalaman selama ini. Sebagai remaja sifat labil adalah satu sifat yang juga masih sering menghinggapi saya. Nah kebetulan saat ini saya sedang bijak jadi saya lampiaskan dengan menulis yang saya beri judul “Kredit bagi Remaja” ini.

          Selanjutnya saya akan mengawali pembahasan mengenai apa itu Kredit?. Kredit secara umum adalah suatu prodak yang dapat mempermudah untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, dalam mekanismenya sendiri kredit dalam pembelian suatu barang biasanya di awali dengan uang muka, yaitu uang jaminan yang jumlah lebih sedikit dari harga barang yang akan kita beli. sampai kemudian kita akan mengetahui apa itu angsuran, yaitu waktu yang berikan untuk melunasi barang yang telah di beli, dan secara umum biasa waktu angsuran sendiri adalah sebulan sekali.

Nah berikutnya saya telah menemukan banyak pengertian tentang apa itu remaja? Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah:

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192)

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

Jadi Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah: (1) Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) Muda (tentang anak laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi meskipun konsep ini kelihatan sederhana tetapi setidaknya menggambarkan sebagaian dari pengertian remaja.

Dari penjelasan di atas antara apa itu kredit dan apa itu remaja, setidak bisa memberi gambaran awal untuk melanjutkan pembahasan kredit bagi remaja. Sudah pasti kredit mempunyai kelebihan dan kekurangannya, terlebih buat para remaja yang secara psikis memang mudah bosan. Karena seperti yang kita ketahui remaja memang masa di mana sedang gencar-gencarnya mencari jati diri. Nah kemudia bagaimana kredit bagi remaja?, menurut saya ketika kita sebagai remaja ingin melakukan kredit, tentukan dulu apa tujuan kita melakukan kredit. Jika tujuan kita melakukan kredit hanya untuk mendapatkan sesuatu yang kita butuhkan , maka kredit di bolehkan. Tapi jika tujuan kita melakukan kredit hanya untuk mendapatkan sesuatu yang kita senangi, lebih baik tak usah melakukan kredit. Semisal kalian membutuhkan motor untuk menunjang kebutuhan dalam menjalankan pekerjaan yang sedang kalian lakukan, maka di fikir-fikir lagi biar tidak ada penyesalan di akhirnya nanti. Carilah alternatif lain terlebih dahulu. Walaupun gaji dari kalian kerja itu bisa untuk membayar angsuran ketika kilian akan melakukan kredit. Kemudian kenapa jika kalian akan melakukan kredit hanya untuk mendapatkan sesuatu yang kalian senangi lebih baik tidak kalian lakukan . karena seperti yang sudah saya jelaskan di atas bahwa masa remaja adalah dimana kita masih sering bosen dengan sesuatu yang kita miliki. Maka jika kalian melakukan kredit hanya untuk mendapatkan sesuatu yang kalian senangi itu menjadi hal yang hanya merugikan. Apalagi jika kalian mengejar apa yang kalian senangi tapi disisi lain kalian justru menyepelekan kebutuhan kalian maka itu tindakan paling bodoh yang telah kalian lakukan. Saya beri contoh ketika waktu itu teman saya memilih untuk kredit Handphone , padahal dia sendiri sudah memiliki dua Hanphone namun karena handphone yang dua itu jadul jadi dia memilih untuk mengkredit handphone yang lebih mewah. Pada awalnya memang teman saya itu bisa membayar angsuran dengan lancar karena memang dia juga bekerja. Namun berselang beberapa bulan dia keluar dari tempat ia bekerja tanpa memikirkan gimana ia harus membayar angsuran untuk melunasi Handphone yang telah ia kredit. Dan pada akhirnya ia rela menyisihkan uang makan dsb untuk membayar angsuran itu.

Pada akhirnya kredit itu memang sesuatu produk yang sekarang ini sedang ngetrand, kredit tidak sepenuh tidak baik tapi tergantung dari kitanya saja. Jika sudah di fikir secara matang-matang karena untuk mendapatkan sesuatu yang sedang kita butuhkan maka kredit menjadi piliha yang tepat. Dan sebaliknya jika kredit dilakukan hanya untuk mendapatkan sesuatu yang tidak kita butuhkan maka enyahkanlah fikiran kita untuk melakukan kredit.

Antara cinta dan benci (Part III)

Hari ini aku mengawali pagi dengan rasa bimbang yang mengusik hati. Apakah aku harus berangkat ke kampus atau tidak, karena hari ini memang teman-temanku di salah satu UKM yang aku ikuti sudah merencanakan untuk melakukan demonstrasi besar-besaran bersama berbagai organisasi. Apalagi kemaren dari kepolisian sendiri telah memberikan izinnya untuk menggelar demonstrasi di pertigaan jalan di kampus kami. Sampai akhirnya dengan tarikan nafas dan ucapan bismilah akupun memilih untuk pergi ke kampus, tapi niatku untuk tidak mengikuti demonstrasi itu tetap aku jaga. Dan berangkat pagi-pagi adalah salah satu caraku dalam menghindari ajakan teman-temanku itu, walaupun surat izin sudah di buatkan oleh ketua di UKM yang aku ikuti itu tapi semua itu tidak akan menggoyahkan kata hatiku ini.

Detik-detik keberangkatanku menuju kampus menjadi detik-detik yang sangat menegangkan karena jika di kampus nanti aku ketemu dengan salah satu temen yang akan mengikuti demonstrasi itu pastilah aku akan di paksa untuk mengikuti juga. Namun kekhawatiranku itu mulai sirna ketika sesampainya di kampus aku melihat suasanan kampus masih sepi, dan walaupun pagi itu terlihat cerah tapi di dalam hati dan fikiran ini cuaca buruk sedang berlalu. Setelah aku parkirkan sepedaku dengan sikap gugup aku langsung menuju perpustakaan, aku sengaja memilih perpustakaan sebagai tempat persembunyian karena aku merasa hampir tidak mungkin teman-temanku itu akan mencariku sampai ke perpustakaan segala.

5

PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA

Sinar mentari mulai memperlihatkan keagungannya dalam menyinari bumi ini, seolah-olah sedang memberi semangat kepadaku yang waktu sedang berdiri di parkiran depan perpustakaan, karena memang sepagi itu perpustakaan belum di buka. Dan sampai akhirnya perpustakaan itu di buka dan aku menjadi mahasiswa pertama yang memasuki perpustakaan pada hari itu. Setiap langkah kaki ini menjadi bukti perjuangan dalam mempertahankan prinsip yang sedang aku yakini. Suara hentakan kaki dalam menaiki anak menuju lantai atas menjadi suara gaduh yang terdengar meramaikan suasana. Tetap di lantai 4 tanpa ragu-ragu aku langsung menuju satu meja yang akan aku jadikan sandaran ragaku ini dalam menjalani setiap detik di hari ini. Heningnya suasana menjadi pendorong rasa kantuk yang mulai tak tertahankan sampai akhirnya tidurpun menjadi satu-satunya pilihan.

Dek ,dek bangun (sapa penjaga perpustakaan sambil menepuk punggungku)

Owh iya bu (terbangun sambil menahan rasa malu)

Kalau mau tidur jangan disini (pesan penjaga perpustakaan itu)

Maaf bu, ketiduran (sautku dengan cengar-cengir)

Kejadian itu menjadi tontonan menarik bagi mahasiswa lain yang berada di sekitarku. Dengan rasa malu aku berjalan ke toilet untuk mencuci muka. Setelah ku basuh muka ini tanpa sengaja aku melihat jam dinding dan saking kagetnya ternyata jam telah menunjukan pukul 1 lebih. Gimana bisa tidur dari jam 9 pagi sampai jam 1 siang tanpa jeda iklan.

Keluar dari toilet aku langsung berjalan cepat untuk keluar dari perpustakaan ini, sebenarnya aku sudah niat untuk melihat demonstrasi hari ini mulai dari awal yaitu jam 10 pagi. Gedung perpustakaan memang bersebelahan dengan pertigaan yang akn di gunakan sebagai tempat para demonstran untuk berorasi. Karena antara pertigaan yang di gunakan para demonstran untuk berorasi dengan perpustakaan hanya di pisahkan oleh pagar tinggi nan besar. Nah di pagar tinggi nan besar itu lah aku mengamati para demonstrasi pada waktu itu, walaupun berkali-kali di marahin sama scurity tapi lama kelamaan si scurity itu agaknya mulai jenuh dengan sikapku ini.

2

PARA DEMONSTRAN

Berjam-jam aku mengamati proses demonstrasi itu. dan seperti yang sudah aku duga demonstrasi kali ini pastilah akan diikuti banyak masa. Tatapan mataku tiba-tiba di kagetkan oleh sesosok perempuan yang sedang membacakan sumpah mahasiswa. tanpa aku sadari dan akupun sangat tidak menyangka jika perempuan itu ternyata si silvi. Dari atas pagar wajah maupun suaranya terlihat samar namun jaket yang ia pake menjadi keyakinanku semakin menguat. Jaket itu adalah jaket yang aku pakekan ke silvi ketika dulu setelah joging kita kehujanan. Rasa lapar yang menyapa waktu itu tidak mampu menghentikanku dalam proses pengamatan yang sedang aku lakukan. Sampai akhirnya rasa lapar itu berubah menjadi rasa was-was ketika para demonstran mulai menutup jalan di pertigaan tersebut. Fokus mataku hanya tertuju kepada si silvi karena pada saat itu sebagian dari para demonstran adalah laki-laki. Kemacetan yang memanjangpun menjadi bukti kemarahan para demonstran namun tak lama kemudan bagaika petir di siang bolong tiba-tiba banyak polisi datang dan mulai merangsek mundur para demonstran yang sedang menutup jalan. Disitulah rasa kekhawatiranku mulai membesar yang membuatku langsung turun dari pagar dan berlari mendekat para demonstran. Aku tak berniat untuk mengikuti para demonstran tersebut tapi rasa khawatirku kepada keselamatan silvilah yang membuat aku berlari untuk menarik silvi dari kerusuhan itu. Asap pekat dari gas air mata yang polisi berikan agar mahasiswa mundur menjadi pemandangan saat itu, namun mahasiswapun membalas dengan lemparan batu. Lemparan batu yang mulai mengotori jalan membuat polisi geram dan membalas lemparan batu yang di lakukan para demonstran dengan semprotan air dari mobil water canen, yang membuat para demonstrasi berlari mundur. Saat itulah aku justru berlari melawan arah mencari silvi sampai akhirnya aku melihat dia sedang di sebelah pohon yang ada di sebelah pohon dengan darah yang keluar dari tangan kirinya. Semprotan dari mobil water canen tak ku hiraukan sampai akhirnya aku bisa mendekat menuju si silvi yang sedang berlindung di samping.

Ayo cepat mundur (pesanku kepada silvi)

Gak, gak mau (menahan rasa sakit sambil menggelengkan kepalanya)

Tapi ini tanganmu berdarah (ucapku sambil memegang tangannya)

Sudah Aku gapapa (jawab dia dengan muka marah)

1

KERUSUHAN DI PERTIGAAN UIN SUKA

Tidak mau melanjutkan berdebatan itu dan tanpa fikir panjang aku langsung menarik silvi mundur dari tempat itu. Asap putih gas air mata yang mengepul menjadikan mata ini semakin perih. Namun genggaman erat tanganku ke silvi tidak tergoyahkan, walaupun dia terus meronta dan berteriak “lepasin” tapi aku tidak memperdulikannya. Dan aku melepaskan genggaman tanganku setelah sampai di sebelah kantor scurity. Disitulah kemarahan silvi mulai memuncak.

Aku kan sudah bilang lepasin, kamu kok kasar banget (ucap dia dengan nada tinggi)

Ya maaf tapi kan…… (belum sempat melanjutkan langsung memotong penjelasanku)

Tapi apa?, kalau kamu tidak suka dengan caraku ini yaudah sana pergi (ucap silvi sambil mendorong dadaku)

Bukanya begitu, bentar dulu aku jelasin (saut aku sambil menatapnya)

Udah cukup. Aku gak suka dengan sikapmu ini (pesan silvi sesudah menamparku )

3

PARA PENDEMO VS MOBIL WATER CANNON

Itu adalah ucapan terakhir silvi sebelum ia berlari kembali menuju para demonstran yang sedang saling serang dengan polisi. Tamparan dia ke aku saat itu menjadi saksi bahwa niat baik sekalipun tidak menjamin akan menghasilkan sesuatu yang kita harapkan bahkan terkadang menghasilkan sesuatu yang sangat menyakitkan seperti yang aku rasakan waktu itu. Jadi intinya dengan niat baik saja hasilnya belum baik apalagi niat kita itu buruk.

Antara cinta dan benci (Part II)

Semenjak pertemuan pertama itu hubungan aku dan silvi memang mengalami peningkatan, karena sekarang kami gak berkomunikasi hanya lewat twitter lagi, selain twitter kamipun sering berkomunikasi lewat SMS dan tak jarang juga via Telvon.  Ya itu semua kami lakukan setiaphari, lebih dari itu setiap seminggu sekali kami sering ketemuan di satu tempat yaitu di lapangan depan GSP UGM. Ya hampir setiap hari senin sore kami biasa joging bareng di sana, karena memang baik itu aku maupun silvi tidak ada jam kuliah pada hari senin sore. Niatnya si memang mau joging tapi kalo udah sampai di sana kami mengahbiskan waktu lebih banyak untuk duduk sambil ngobrol sedangkan joging hanya semangat di awal saja. Kalau kata silvi si yang penting kita udah niat buat joging , walaupun hanya niat Tuhan itu pasti sudah ngasih pahala” . mendengar teori dari si silvi aku ngangguk-ngangguk saja padahal dalam hati si teriak “hubungannya joging sama Tuhan memeberi pahala apa?”. Tapi setelah aku fikir-fikir teori yang di kemukakan silvi itu ada benernya juga si, ya Tuhan itu menitipkan raga pada setiap jiwa itu ya harus di jaga dan di rawat nah joging kan menyehatkan raga jadi pada akhirnya joging itu cara kita merawat raga kita supaya tetap sehat. Nah kemudian Jika di tanya kenapa tidak pada hari libur seperti hari sabtu dan minggu saja? Sebenarnya itu juga yang aku mau, tapi katanya dia si, dia sibuk dengan kegiatan bersama organisasinya, entah apa organisasi yang ia ikuti.

Aku dan silvi itu mempunyai hoby yang sama yaitu suka mengkritik sesuatu yang tidak masuk akal pada fikiran kami. Dan setelah aku selidiki ternyata silvi itu seorang aktifis, yap ini serius, waktu itu aku pernah melihat dia sedang demo di malioboro tepatnya di depan gedung DPR. Aku si kebetulan waktu itu sedang makan di angkringan tempat biasa aku berkumpul sama temen sekelasku. Tapi karena waktu terjadi kemacetan yang luar biasa akhirnya ya aku mencari tau penyebabnya. Belum juga aku mencari tau ada seorang scurity di satu di hotel yang ada di jalan malioboro mengatakan “gara-gara Demo jadi macet parah gini”. Mendengar perkataan si scurity tersebut aku langsung mencari dimana terjadinya demo yang di katakan si scurity tadi. Bukannya aku kampungan , demo aja dilihatin. Bukan itu yang menyebabkan aku ingin mendekat ke tempat terjadinya demonstrasi tapi kebetulan waktu itu aku adalah reporter di salah satu majalah yang ada di kampusku. Mendengar ada demonstrasi ya otomatis aku berfikir ini bisa di jadikan bshsn berita yang bisa aku muat di majalah. Setelah berjalan menerobos keramaian akhirya aku melihat sekelompok mahasiswa yang membawa salah satu bendera dari suatu Organisasi dan dari merekapun kompak menggunakan kain merah yang mengikat di lengan kanannya dan kain putih yang mengikat di lengan kiri. Belum juga aku merangsek ke depan dari para demonstran tersebut dari belakang aku melihat si silvi dengan alat pengeras yang sedang ia gunakan, walaupun awalnya masih ragu-ragu tapi akhirnya ternyata itu benar-benar si silvi, dengan satu kain yang mengikat di kening kepalanya dia memimpin para demonstran dengan berbagai orasi-orasi yang menggelegar. Di saat kejadian itu aku si gak ada niat buat menemui silvi karena aku hanya mengamati dari samping para demonstran itu. Tak lama kemudian karena aku sudah di tunggu sama temenku di angkringan yang tak jauh dari depan gedung DPR ini ,akhirnya aku memutuskan untuk kembali.

imagesHN

DEMONSTRANSI DI DEPAN GEDUNG DPR JOGJA

Beberapa hari kemudian di hari senin sore seperti bisa aku dan silvi bertemu di sayab barat GSP UGM. Obrolanpun menjadi pengganti refleksi pemanasan sebelum kami joging pada waktu itu. Sampai akhirnya aku menanyakan tentang kejadian di depan gedung DPR kemaren.

Kemaren kamu demonstransi di depan gedung DPR mengaspirasikan apa ? (tanyaku dengan tenang)

Kamu kok tau dari mana ? (jawab silvi dengan ekspresi kaget)

Ya kebetulan kemaren aku lagi jalan disitu (sautku dengan santai)

Ya itu kemaren aku bareng temen di organisasi yang aku ikuti (jawab silvi dengan acuh)

Dari jawaban tersebut aku menyimpulkan bahwa silvi adalah aktifis yang mungkin sering mengikuti demo seperti yang tadi ia akui. Dari jawaban itu pulalah aku tau bahwa ternyata organisasi yang ia ikuti yang selalu menyita banyak waktunya adalah oragnisasi yang berlatar belakang seperti itu. Ya jujur saja si aku kurang senang kalau melihat ada demonstransi seperti kemaren, kalau tujuan para peserta demonstrannya si bagus tapi menurutku secara umum demonstransi yang di lakukan oleh mahasiswa itu sering mengganggu masyarakat umum, ya spesifiknya si sering membuat kemacetan. Apa lagi dulu akupun pernah mengkritik acara demonstrasi yang di lakukan oleh sekelompok mahasiswa yang bertemakan “melawan lupa”, yaitu maksud dari melawan lupa tersebut adalah mereka itu ingin mengingatkan kembali pada suatu kasus pelanggaran HAM yang kasusnya sampa saat itu tidak di usut. pada waktu aku mengkritik bukan tanpa sebab karena walaupun aku tau sebelum mereka melakukan demonstransi mereka pastilah sudah mengikuti mekanisme apa yang harus mereka lakukan sebelum berdemonstrasi, seperti halnya meminta izin ke kepolisian. Tapi yang membuat aku mengkritik mereka adalah ketika dalam demonstrasi di sebuah jalan yang waktu itu memang cukup ramai mereka itu membuat pagar betis yang membuat masyarakat yang sedang melewati jalan tersebut tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Jadi menurut akal sehatku itu adalah hal bodoh yang sangat aneh , di satu sisi mereka berdemo menuntut keadilan Hak Asasi Manusia , tapi di dalam mengeluarkan aspirasinya mereka malah melanggar Hak Asasi para masyarakat yang pada waktu di hentikan oleh pagar betis yang mereka buat. Ya itu sama aja seperti mereka meminta seorang koruptor untuk di hukum seberat-beratnya tapi dalam kesehariannya mereka juga melakukan tindakan korupsi.

Tapi terlepas dari kekurang senanganku dengan pendemo disisi lain pada saat itu memang aku sedang tidak ingin mendebatkan perkara tersebut dengan silvi karena aku mengerti sejak awal juga kami sering berbeda pendapat dalam suatu hal walaupun di sisi lain aku dan silvi memiliki hoby yang sama yaitu suka mengkritik sesuatu yang tidak masuk akal dalam fikiran kami. Cuma bedanya aku mengkritik menggunakan tulisan sedangkan silvi mengkritik menggunakan lisannya (demonstrasi).

Di UKM jurnalistik yang aku ikuti di kampus , ketika aku sedang melakukan obrolan baik itu dengan teman satu angkatan maupun kakak-kakak yang di atasku memang aku sering berbeda pendapat. Terutama ketika membahas tentang perkara demo, disitulah aku melawan arus. Karena apa? Di saat semua berpendapat positif tentang demonstransi aku justru sering mengkritik kegiatan tersebut. Ya terlepas dari kritikan yang aku berikan mereka tetap menganggap itu sebagai hal yang wajar. Sampai akhirnya pada suatu waktu ketika pemerintah melakukan kebijakan yang menurut mereka membuat rakyat semakin tertindas, yang membuat mereka langsung berdiskusi untuk melakukan demo besar-besar. Karena dalam diskusi itu suasana dalam keadaan memanas akhirnya keberanianku dalam memberi pendapat yang berbeda dengan merekapun aku enyahkan. Dan dalam diskusi itu aku bersikap diam seolah mengiyakan apa yang sedang mereka rencanakan. Dalam diskusi tersebut akhirnya mengahsilkan satu keputusan untuk melakukan demonstransi di pertigaan di kampus kami dan juga mengundang oraganisasi-organisasi lain untuk merapatkan barisan dalam demontrasi yang sudah mereka rencanakan. Setelah diskusi selesai dalam perjalan pulang aku berfikir haruskah aku melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan hati ini.

Keesokan harinya pada waktu hujan mengguyur cukup deras. Aku dan dua temanku di beri tugas untuk meminta izin untuk mengadakan demonstransi esok hari kepada kepolisian. Setelah izin sudah diberikan dalam perjalan kembali ke kampus aku berbicara dengan salah satu temanku yang bernama bagas, ia adalah mahasiswa satu angkatan denganku Cuma kita beda jurusan.

Aku tidak bisa mengikuti demonstrasi besok (jelasku dengan hati yang dilema)

Tenang saja, ketua panitia akan memberikat surat izin kepada semua peserta besok (jawab si bagas sambil tersenyum)

Bukan masalah itu gas (saut aku)

Terus? (tanya bagas )

Ya intinya aku besok tidak bisa mengikuti demonstrasi (jelasku dengan nada datar)

Belum juga sampai di kampus aku meminta untuk turun dari boncengan si bagas. Pada saat itu tepat di keramaian jalan pasar demangan. Sambil membawa helm aku berjalan kaki menuju kampus UGM. Karena berniat untuk menemui si silvi.

ghjj

PASAR DEMANGAN

Kamu dimana? (SMS yang ku kirim ke si silvi)

Lagi kumpul sama temen di gelanggan, ada apa ? (bales silvi)

Bisa ketemuan gak ? (balesku sambil berjalan)

Sekarang? Dimana ? (bales silvi)

Di kantin dekat gelanggang, ini aku otw kesitu (balesku )

Tak lama dari balesan sms terkahirku itu akupun sampai di gelanggang UGM dan menuju ke kantin yang sudah aku janjikan kepada silvi. Dari jalan yang tak jauh dari kantin , aku melihat silvi sudah duduk sendiri di satu meja sambil membaca suatu buku.

Udah lama (tanyaku sambil menarik kursi yang akan kududuki)

Baru aja kok (jawab silvi)

Kamu sibuk ? (tanyaku sambil menatap wajahnya)

Gak juga, ada apa kok tumben ngajak ketemuan gini? (nanya balik sambil membalas tatapanku)

Gak suka kalau aku kesini ? (seruku sambil memalingkan muka)

gak lah, ya aku kaget aja (jawab silvi sambil sibuk membaca buku )

auditoriumugm-3

GELANGGANG MAHASISWA UGM

pertemuan aku dan silvi di kantin itu menjadi pertemuan yang sangat berkesan bagiku, karena selama obrolan berjalan silvi fokus membaca buku yang ia pegang tapi ketika aku menanyakan sesuatu silvi pasti menjawab pertanya’an yang aku sampaikan ke dia dengan jawaban yang singkat padat dan jelas.  menurutku perempuan ketika sedang fokus membaca buku itu kecantikanya meningkat drastis. Itu pulalah yang aku lihat dari sosok silvi karena silvi memang sering membaca buku. Silvi si pernah bilang kalau dia memang suka membaca apalagi kalau sedang membaca novel, baik itu novel fiksi maupun non-fiksi dia suka banget. Katanya si ketika sedang membaca novel ,seolah-olah dia sedang menjadi tokoh yang ada di dalam novel yang sedang ia baca.

Antara cinta dan benci (Part I)

Hari-hari ini jogja cuacanya panas banget, walaupun jarak yang harus aku tempuh menuju kampus gak terlalu jauh jika di tempuh dengan sepeda tapi karena panasnya cuaca rasa malas kadang mengajaku untuk bercinta di dalam kursi duduk ruang tamu sambil nonton tv. Sampai akhirnya aku teringat kalau kemaren aku baru beli modem baru, akhirnya pandangankupun beralih dari layar televisi menuju layar notebook yang ada di pangkuanku. Dan seperti remaja-remaja lainnya gairahku dalam dunia mayapun terobati dengan modem baru ini. Kalau aku si menggunakan internet untuk membuka akun facebook dan akun twitterku, kalau yang lainnya sepertinya aku masih males, ya seperti instagram, line, kakatalk dan lain-lain. Twitter dan facebook aja kadang bikin aku melupakan segala hal yang sedang aku kerjakan, seperti pada waktu itu ketika aku lagi masak mie goreng, karena aku berfikir kalau nunggu mie nya mengembang pasti lumayan lama akhirnya aku tinggalin itu kompor yang masih menyala bersama mie yang baru aku masak dan aku ke kursi ruang tamu untuk menyibukan diri dengan notebooku. Akun twitter yang sudah kubuka dan aku lihat ada 2 DM akhirnya membuatku terpaku dalam suasana obrolan di DM, sambil ketawa-ketawa sendiri seperti penghuni rumah sakit jiwa akupun mulai mencium bau gosong yang merayap di bulu hidungku. Awalnya si aku berfikir itu pasti tetangga lagi bakar sampah, tapi rupanya bau gosong itu mulai menendang-nendang sampai ketenggorokanku sampai akhirnya aku melihat asap hitam gelap keluar dari dapur. Aku langsung taruh itu notebook di meja dan melihat apa yang terjadi, ternyata aku telah terhipnotis oleh sihir kepo-kepoan di DM yang menyebabkan aku melupakan mie goreng yang sedang aku buat. Setelah aku mati’in itu kompor ,kalian tau gak itu mie goreng hasilnya kaya apa?. Coba deh kalian beli bubur terus di campur sama tinta spidol warna item terus di taburi aroma celana dalam yang sebulan belum belum di cuci, nah seperti itulah hasilnya. Apalagi di tambah dengan asap yang mengepul, asap kebarakan hutan di riau mungkin belum seberapa di bandingkan asap hasil mie goreng gosong ini.

Yah itulah kejadian so sweet yang membuat aku susah move on. Gara-gara kepo-kepoan berselimut gombalan di DM membuatku melupakan mie goreng yang sedang aku buat. Tapi dari kejadian itulah akupun bisa mengambil hikmahnya. Dan di hari-hari berikutnya akupun melanjutkan obrolanku di DM dengan seorang mahasiswi yang aku kenal dari Twitter itu. Nama lengkap dia itu panjang jadi sebut saja dia itu silvi biar kelihatan keren. Tapi kalau dilihat dari foto-fotonya di akun twitternya sih lumayan juga. Dan si silvi ini adalah mahasiswi UGM semester 3 tapi dia kelahiran februari 1996, sedangkan aku semester 1 tapi kelahiran 1995. Jadi aku sempat berfikir jangan-jangan antara aku dan dia itu mungkin mahasiswa yang tertukar, harusnya dia yang semester 1 terus aku yang semester 3. Satu bulan sudah obrolan kita berjalan dengan  kancar, tapi sampai saat ini kita belum pernah bertemu secara langsung, sampai akhirnya dia ngajak ketemuan.

Hari rabu minggu depan kamu ada kuliah gak (Tanya dia di DM)

Hari rabu aku full dari pagi sampe sore, kenapa ? (jawabku sambil nanya balik)

Di UGM ada acara “mata najwa” , pingin nonton gak ? (jawab dia)

Wah keren tuh, coba deh ntar aku fikir-fikir dulu (jawabku dalam kebimbangan)

B4TqshkCEAAIU9h

BROSUR MATA NAJWA

3 hari sebelum hari rabu yaitu hari minggu aku berfikir keras untuk menentukan pilihan berat ini. Apakah milih masuk kuliah karena hari rabu memang jadwalnya ada 3 mata kuliah. Atau milih nonton mata najwa bersama si silvi yang belum pernah ketemu secara langsung. Karena di tweet-tweet yang pernah aku lihat itu ada kata bijak yang bebunyi “hidup itu pilihan, dan setiap pilihan pasti ada resikonya, dan di balik resiko yang besar terselip pelajaran hidup yang indah”. Berpatokan dari kata-kata bijak itu akhirnya aku memilih untuk tidak masuk kuliah di hari rabu dan berniat untuk bertemu secara langsung dengan si silvi untuk pertama kalinya. Dan pada ke’esokan harinya yaitu pada hari senin akupun DM si silvi.

Hari rabu gimana, jadi gak ? (tanyaku ke dia)

Yah kamu kok baru sekarang bilangnya, kalau mau nonton mata najwa itu harus daftar sama panitianya dulu dari kemaren-kemaren (jawab dia )

Terus gimana ? (sautku dengan hati yang kecewa)

ya sekarang pendaftaran penonton sudah di tutup ,besok tinggal penukaran tiketnya (jawab dia )

karena niatku sudah bulat untuk memilih agar bisa bertemu secara langsung dengan si silvi akhirnya pada hari rabu pagi-pagi sekali aku mulai berfikir keras gimana supaya bisa masuk ke ruangan tempat acara mata najwa itu. Dalam perjalan menuju UGM waktu itu aku terus berfikir keras untuk merencanakan sesuatu agar bisa masuk tanpa menggunakan tiket. Sesampainya di GSP UGM, tempat di adakanya acara mata najwa disitu aku mulai mengelilingi gedung itu. Dalam keramaian aku terus berfikir sambil mondar mandir nyari celah demi bisa masuk ke dalam ruangan tempat di gelarnya acara mata najwa tersebut. Sampai akhirnya aku mulai putus asa dan berjalan menuju ke toilet. Di salam toilet aku mencuci muka sambil bercermin dan ngomong sama diri sendiri (hidup itu pilihan, dan setiap pilihan pasti ada resikonya, dan di balik resiko yang besar terselip pelajaran hidup yang indah). Dengan rasa putus asa akupun berjalan keluar dan berfikir untuk pulang saja. Belum juga aku melewati pintu toilet aku melihat baju putih bertulisakan “ mata najwa dalam memperingati hari anti korupsi” dan di bagian belakang baju itu bertuliskan “crew”. Aku lirik kanan kiri dan aku ambil baju putih tak berdosa itu dengan penuh kehati-hatian yang kemudian aku selipkan baju itu di jaket yang aku pakai saat itu.

Berjalan agak cepat aku menjauh dari toilet itu, dan aku berdoa semoga di toilet tadi tidak ada camera tersembunyi. Sesampainya di luar aku melihat antrian panjang yang ternyata adalah para calon penonton yang sedang menunggu untuk masuk ke dalam ruangan tempat di gelarnya acara mata najwa. Dan alangkah kagetnya dari dalam tiba-tiba keluar rombongan orang yang berseragam sama dengan baju yang aku ambil dari toilet tadi. Dan ternyata rombongan itu adalah panitia dalam acara mata najwa tersebut. Tanpa berfikir panjang akupun mencari tempat yang aman untuk memakai baju yang aku ambil di toilet tadi yang ternyata adalah baju panitia itu untuk aku pakai. Selesai aku pakai dan dengan memasang muka gagahku sambil berjalan tegap aku  berjalan menuju pintu masuk tempat berkumpulnya para rombongan panitia tadi. Disitulah bakat terpendamku dalam berakting di mulai. Seolah bersikap sok sibuk akupun mulai membantu panitia untuk membagikan buku saku tentang korupsi dan satu topeng tikus yang di berikan kepada satu persatu penonton yang sudah mengantri. Setelah semua penonton sudah masuk ke dalam ruangan, dari belakang aku berjalan mengikuti penonton yang masuk terakhir menuju ruangan di gelarnya acara mata najwa tersebut.

Tarikan nafas dalam-dalam dan dengan rasa lega akhirnya aku sampai di dalam ruangan tempat di gelarnya acara mata najwa tersebut. Setelah duduk di salah satu kursi di tribun atas akupun memakai jaket supaya tidak ada yang mengetahui kalau aku adalah panitia gadungan.

Di dalam suasana yang ramai aku tiba-tiba teringat pada si silvi dan akupun langsung membuka notebook dan untungnya di dalam ada fasilitas Wifi gratis yang membuat aku bisa membuka akun twitterku. Dengan harap-harap cemas akupun DM si silvi.

Aku sekarang di dalam GSP, aku di tribun atas (DM ku ke dia 3 kali berturut-turut karena tidak ada balasan)

Sampai akhirnya keajaiban datang, di DM ku yang ke empat harap-harap cemasku terpecahkan oleh balasan dari si silvi.

Aku juga di tribun atas, aku di kursi paling depan dekat dengan operator sound sistem (balas si silvi)

Sama, aku juga tidak jauh dari operator sound sistem nih, coba kamu berdiri (jawabku sambil mengarahkan dia untuk berdiri)

Keajaiban kedua terjadi, sambil menengok kekiri kekanan dan ke belakang aku di kejutkan dengan satu cwe yang berjarak 3 kursi kosong di sebelah kananku yang tiba-tiba berdiri. Ketika aku memandang dia dalam diam diapun membalas pandanganku sambil berkata.

Arief ? (ucap dia sambil menatapku)

Iya ( jawabku sambil menahan rasa canggung)

Kok kamu bisa masuk ? (tanya dia )

Bisalah kan demi ketemu kamu (jawabku dengan gombalan ala anak remaja)

B4uoQF2CcAEZ56R

BINTANG TAMU MATA NAJWA

Disitulah awal pertemuan kami setelah sebulan lebih berkomunikasi melalui twitter. Dan seperti cwe secara umum si silvipun kalau sudah ngomong gak bisa diem ya gak beda jauhlah kaya ibu-ibu yang sedang arisan. karena rasa bahagia yang berkecambuk di hati membuat waktu itu seolah bergerak lebih cepat dari kereta api di jepang, yang membuat kami tak sadar bahwa acara mata najwa yang kita tonton sudah berakhir. Dalam perjalanan keluar dari ruangan itu kamipun melangkah tidak berjauhan. Sesampainya di luar kamipun menyempatkan untuk berjalan-jalan sambil ngobrol-ngobrol kecil. Sampai akhirnya kami memutuskan beristirahat sejenak di kantin yang tak jauh dari gelanggang UGM. Gelanggang adalah suatu lokasi dimana UKM di UGM di tempatkan.