Apakah anak perempuan memiliki hak dalam memilih jodoh?

 

Para ahli hadis menyepakati sabda Rasulullah Saw., “Seorang janda tak boleh dinikahkan sebelum ia diajak bermusyawarah, dan seorang gadis tak boleh dinikahkan sebelum dimintai izinnya.” Kemudian para sahabat bertanya, “Bagaimana diketahui persetujuannya?”. Nabi Saw. Menjawab, “Diamnya menunjukkan persetujuannya.”

Dlam riwayat lain, Nabi Saw. Bersabda, “Seorang janda lebih berhak atas dirinya sendiri daripada walinya, dan seorang gadis dimintai persetujuannya. Adapun persetujuannya dapat diketahui dari diamnya.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas bahwa seorang anak gadis menghadap Rasulullah Saw. Dan mengatakan kepada beliau bahwa ayahnya hendak menikahkannya, sedangkan ia sendiri tidak ingin menikah. Maka Rasulullah Saw. Menyerahkan kepadanya agar ia memilih (antara menerima keinginan si ayah atau menolaknya).

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa seorang gadis mendatangai Aisyah r.a. (Istri Nabi Saw)., dan berkata kepadanya, “Ayahku ingin mengawinkan aku dengan kemenakannya, agar dengan itu ia meningkatkan derajatnya (dalam masyarakat atau dalam hal keuangan), sedangkan aku sebenarnya tak menyukainya.” Aisyah berkata kepadanya, “Tunggu sampai Rasulullah Saw. Datang!” Maka, ketika Rasulullah Saw. Datang, Aisyah menyampaikan kepada Rasulullah tentang keluhan gadis tersebut. beliau segera mengutus orang untuk memanggil ayah si gadis, dan setelah itu ia menyerahkan urusan tersebut kepada si gadis. Namun, segera setelah menyadari bahwa pilihan itu kini berada di tangannya, gadis itu berkata, “Ya Rasulullah, kini aku menyutujui apa yang dikehendaki oleh ayahku. Aku hanya ingin menyampaikan kepada kaum perempuan bahwa ayah-ayah mereka tidak memiliki hak apa pun dalam urusan seperti itu!.

Walaupun demikian, kaum Syafi’i dan Hanbali memberikan hak penuh kepada para ayah untuk memaksa anak perempuan mereka yang telah dewasa, kawin dengan pilihan sang ayah meskipun si anak perempuan tidak menyukainya! Sungguh kami tidak melihat alasan bagi pendapat seperti ini, selain mengikuti tradisi menghinakan perempuan dan meremehkan kepribadiannya.

Sebaliknya, kaum Hanafi memberikan hak sepenuhnya kepada perempuan untuk menikahkan dirinya sendiri, sebagai pelaksanaan apa yang ditunjukkan oleh teks-teks Al-Qur’an yang dipahami secara langsung. Sungguh benar firman Allah:

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada Hari Kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Baqarah [2]: 148).

 

YANG PERTAMA MASUK SURGA , SIAPA ?

Alkisah, di depan pintu surga kelak menurut Nabi SAW. Akan ada empat manusia yang hendak masuk surga terlebih dahulu. Dasar manusia, mereka saling berbuat siapa yang mula-mula berhak masuk surga pertama kali. Karena Malaikat Ridlwan tidak dapat mengambil keputusan, turunlah Malaikat Jibril ditugaskan sebagai hakim. Di antara mereka yang ingin masuk surga terlebih dahulu ialah Pahlawan yang berjihad di jalan Allah, orang kaya yang dermawan, haji yang mabrur, dan orang alim yang saleh.

Salah satu dari mereka di panggil ke muka dan di tanya, “Dengan sebab apa engkau akan masuk surga tanpa disiksa?”

Orang itu menjawab, “Saya seorang pahlawan yang mati syahid di medan perang karena membela agama.”

Jibril berkata, “Dari mana kau tahu bahwa pahlawan yang mati syahid bakal masuk surga tanpa dihisap?”

Pahlawan menjawab, “Dari guru saya, orang alim.”

“Kalau begitu, jagalah akhlak yang baik. Biarkan gurumu yang alim itu masuk surga lebih dahulu,” ucap Malaikat Jibril.

Pahlawan itupun menunduk menyadari ketidaksopanannya.

Lalu dipanggil pula haji mabrur, yang ikhlas dan tidak cacat dalam melaksanakan ibadahnya. Ia di tanya oleh jibril, “Siapa engkau? Dan apa amal baikmu di dunia hingga mau masuk surga lebih dulu?’

Haji itu menjawab,”Saya seorang haji yang mabrur. Sesuai dengan janji Rasulullah, tidak balasan yang setimpal bagi saya kecuali surga.

“Betul, begitulah janji Nabi bahkan sejalan dengan wahyu Allah. Tetapi, dari mana engkau tahu bahwa Rasulullah pernah berjanji seperti itu?”

“Dari guru saya, orang alim,” sahut sang haji.

“Dari orang alim itu katamu? Mengapa engkau tidak menjaga adab dengan membiarkan orang alim itu masuk surga terleih dahulu?”

Haji itupun mundur menginsyafi kekeliruannya. Sesudah itu maju pula orang kaya yang dermawan, yang sebagian banyak hartanya disedekahkan di jalan kebaikan.

“Engkau ingin yang pertama masuk surga? “Tanya jibril

“Benar. Saya mau masuk surga duluan, karena itu merupakan hak saya.”

“Apa yang kamu lakukan di dunia ketika engkau masih hidup hingga punya argumen seperti itu?” tanya Jibril lagi.

“Saya adalah seorang hartawan. Kekayaan saya itu saya dapatkan melalui jalan yang halal, saya pperoleh dengan kerja keras dan berhemat. Tetapi, sesudah terkumpul banyak, harta saya tidak saya pergunakan secara foya-foya di tempat maksiat, dan tidak juga hanya saya belanjakan untuk diri sendiri serta keluarga saya, tetapi sebagian besar saya belanjakan untuk menolong masyarakat, untuk menunjang kebaikan dan berjuang di jalan Allah.”

“Dari siapa engkau mendapat tahu bahwa semua yang kau lakukan itu akan di ganjar dengan masuk surga tanpa diperiksa?” tanya Jibril dengan tegas

“Dari orang alim, guru saya” Jawab si hartawan

“Dari orang alim?”

“Betul.”

“Jadi, kenapa orang alim yang sudah mengajarimu dengan kebaikan dan kebenaran tidak kau biarkan masuk surga lebih dahulu sebagai tanda terima kasihmu kepadanya?”

“maaf, saya tadi khilaf. Sekarang saya sadar. Saya rela masuk surga paling belakang. Biarlah yang alim itu masuk surga.”

“Nah, begitulah sepatutnya,” Ujar Malaikat Jbril.

Maka orang kaya itu segera mundur dan orang ali itu di persilahkan masuk surga lebih dahulu. Namun dasar orang yang salih, ia tetap setya kepada ilmu yang di dalaminya, yaitu harus mengalah dan rendah hati. Dengan segala keikhlasanya orang alim  itu berkata:

“Maaf, tuan-tuan dan maaf para malakat yang bijaksana. Sebagai guru dan orang alim yang salih saya tidak akan dapat belajar da mengajar dengan tenang apabila tidak ada pahlawan yang rela mati syahid. Saya tidak akan memperoleh pahala yang terus menerus jika murid saya yang haji ini tidak mengamalkan ilmu saya secara benar. Dan saya , pahlawan serta haji mabrur tidak akan dapat memperoleh keleluasaan beribadah serta mengajarkan ilmu saya apabila tidak ada kedermawanan orang kaya yang mau membiayai tentara berangkat perang, yang mau menyediakan kelapangan bagi perjalanan haji, yang mau membangun madrasah, tempat-tempat pengajian agama, penyantunan anak-anak yatim, serta macam-macam kebaikan lainnya. Semua itu mustahil terwujud apabila tidak ada orang kaya yang dermawan. Karena itu, biarlah orang kaya ini yang masuk kaya terlebih dahulu, disusul oleh pahlawan, kemudian haji mabrur, dan izinkanlah saya masuk surga paling penghabisan.”

Akhirnya diputuskan oleh Malaikat Jibril sebagaimana yang di usulkan oleh orang alim itu, yakni hartawan yang dermawan itulah yang masuk surga terlebih dahulu.

Ahmad Ariefuddin

Sejarah Titik dalam huruf Arab

Tadinya abjad Arab yang dinamakan huruf Hijaiyah tidak mengenal titik, sehingga huruf qaf sama dengan fa dan wauw, nun sama dengan ba, ta, dan tsa.

Pada suatu hari Khalifah Umar bin Khathab mengirimkan utusan kepada gubernurnya d Baghdad. Ia di bekali surat kepercayaan yang berbunyai: aqbil hu. Artinya: terimalah dia.

Oleh gubernur diterimanya keliru. Kalimat itu, karena tidak bertitik, di baca salah menjadi: uqtul hu, yang artinya: bunuhlah dia.

Gubernur ragu-ragu mendapat perintah untuk membunuh seorang utusan yang dari penampilannya betul-betul sopan, jujur, dan tidak berdosa. Maka gubernur cepat-cepat mengirim utusan kepada Khalifah Umar bin Khathab menanyakan masalahnya.

Oleh Umar dibacanya surat dari sang Gubernur: “Saya bimbang mengapa Amirul Mukminin menyuruh saya untuk membunuh seorang utusan yang kelihatannya tidak punya dosa dan dapat dipercaya?”

Umar terperanjat. Untuk perintah itu tidak segera dilaksanakan. Kalau tidak, bisa-bisa ia ikut menanggung dosa atas di bunuhnya orang yang tidak berdosa dan bersalah.

Maka ia pun membalas surat sang Gubernur yang menjelaskan: “Aku menyuruhmu untuk menerima utusan pribadiku itu dengan baik. Sama sekali aku tidak memrintahkanmu buat membunuh utusan tersebut, yang merupakan tenaga kepercayaanku.”

Mulai dari saat itu dilangsungkanlah rembukan mengenai kejadian yang nyaris mengerikan tersebut.

Dalam keputusannya, Umar bin Khathab berusaha memperbedakan beberapa huruf yang bentuknya serupa. Dan dipilihnya jatuh untuk membubuhkan titik yang berbeda-beda jumlahnya pada huruf-huruf Arab yang sama bunyinya jika tidak berciri tertentu.

Selamatlah dengan demikian keyakinan umat Islam di masa-masa mendatang dengan tidak lagi merasa was-was terhadap kebenaran bacaannya.

Itulah asal mulanya dua titik pada huruf ta, satu titik di atas nun, tiga titik untuk huruf tsa, dan satu titik dibawah huruf ba. Sedangkang qaf diberi dua titik, fa satu titik, dan yang telanjang serta tidak bisa di sambung dengan huruf sesudahnya adalah wauw.

Ahmad Ariefuddin

Hakikat Nilai dari Ilmu (Albert Einstein)

Ini adalah pesan yang di sampaikan oleh Albert Einstein kepada Mahasiswa California Institute Of Technology pada tahun 1938

Rekan-rekan yang Muda belia,

Saya merasa sangat bahagia melihat Anda semua di hadapan saya, sekumpulan orang muda yang sedang mekar yang telah memilih bidang keilmuan sebagai profesi.

Saya berhasrat untuk menyanyikan hymne yang penuh puji, dengan refrain kemajuan pesat di bidang keilmuan yang telah kita capai, dan kemajuan yang lebih pesat bagi yang akan anda bawakan. sesungguhnya kita berada dalam kurun dan tanah air keilmuan. tetapi hal ini jauh dari apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. lebih lanjut, saya teringat dalam hubungan ini kepada seroang pemuda yang baru saja menikah dengan seorang isteri yang tidak terlalu menarik dan orang muda itu ditanya apakah dia merasa bahagia atau tidak. dia lalu menjawab “Jika saya ingin mengatakan yang sebenarnya, maka saya berdusta.”

Begitu juga dengan saya. Marilah kita perhatikan seorang Indian yang mungkin tidak beradab, untuk menyimak apakah pengalaman dia memang mungkin kurang kaya ataukah kurang bahagia di bandingkan dengan rata-rata manusia yang beradab. Terdapat arti yang sangat maknawi dalam kenyataan bahwa anak-anak dari seluruh penjuru dunia yang beradab senang sekali bermain meniru-niru Indian.

Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita? Jawaban yang sederhana adalah – karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar.

Dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjagal. dalam perdamaian dia membikin hidup kita di kejar waktu dan penuh tak tentu. Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual seperti malah menjadikan manusia budak-budak mesin, di mana setelah berhari-hari yang panjang dan monoton kebanyakan dari mereka pulang dengan rasa mual, dan harus terus gemetar untuk memperoleh ransum penghasilan yang tak seberapa. Kamu akan mengingat tentang seorang tua yang menyanyikan sebuah lagu yang jelek. Sayalah yang menyanyikan lagu itu, walau begitu, dengan sebuah itikad, untuk memperlihatkan sebuah akibat.

Adalah tidak cukup bahwa kamu memahami ilmu agar pekerjaanmu akan meningkatkan berkah manusia. perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis, perhatian pada masalah besar yang tak kuntjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda- agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan terhadap kemanusiaan. Janganlah kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan.

Ahmad Ariefuddin 

Sejarah Singkat Gerakan Teosofi

Kata “teosofi” berasal dari bahasa Yunani yatu theosophia yang berarti kebijaksanaan ilahi. Teosofi merupakan sistem filsafat yang bertopang kepada pengalaman batiniah dan mistik secara lebih terinci. Teosofi tidak saja berhubungan dengan ketuhanan, tapi juga kearifan, kehidupan alam roh dan juga alam gaib. Teosofi merupakan kebijaksanaan kuno, inti segala agama besar dunia. Ajarananya sudah terdapat dalam brahmanisme, kabbala, dan lain-lain. Pada 1875, ajaran tersebut dihidupkan kembali dan diperbarui oleh Ny. Helena Petrovna Blavatsky. Teosofi dalam organisasi modern dinamakan Theosophical Society (TS) atau Perkumpulan Teosofi. Dan upaya merealisasikan cita-cita tersebut dinamakan Gerakan Teosofi. (Selengkapnya baca Encyclopaedia of Religion and Ethics [1961], XII, hlm. 300-315.)

Gerakan Teosofi agaknya merupakan gejala menarik di negara-negara kolonial. Peranannya dalam memberi peluang bagi kebangkitan nasional dan politik kemerdekaan tampak dalam sejarah India maupun maupun dalam kebangkitan Hindu-Buddha di Sri Langka. Teosofi seolah menjadi suatu wadah bagi bertemunya nilai-nilai Barat dan Timur, serta menjadi sarana perlawanan yang bersifat kultural terhadap pemerintah kolonial. Kenyataan ini tampak pada bagaimana masyarakat teosofi yang berlatarbelakang berbeda dalam hal ras, kepercayaan, jenis kelamin dan warna kulit sama-sama berkeyakinan bahwa persaudaraan universal merupakan hakikat dari cita-cita tertinggi bagi umat manusia.

Rupanya Gerakan Teosofi juga memiliki perngaruh di Hinda Belanda. Berdasarkan sejarah organisasi tersebut terlihat bahwa meskipun Hindia resminya baru memiliki Gerakan Teosofi pada 1901 ketika berdiri di kota Semarang. Sesungguhnya benih teosofi sudah tumbuh sejak 1881, yaitu dengan berdirinya The Pekalongan Theosophical Society (Perkumpulan Teosofi Pekalongan).

Kenyataan ini makin menarik jika dikaitkan dengan latarbelakang pelopor dan orang-orang yang kemudian menjadi anggotanya. Walaupun orang Eropa nampak dominan, Gerakan Teosofi kelak mendapat simpati di antara kaum terpelajar atau sebagian kaum intelektual Hindia yang baru tumbuh itu.

Dari situlah bisa di dapati bahwa teosofi ternyata mampu menembus corak pemikiran masayarakat bertradisi mistis seperti Hindia Belanda. Kelihatanya, konsep-konsep teosofi yang merupakan pengetahuan rasional bercorak mistik-okultis itu menarik kalangan intelektual dan menjadi semacam organisasi alternatif dalam menghadapi kondisi masyarakat bercorak kolonial.

Di bawah pimpinan seorang tokoh pembaruan pendidikan dan etis Dirk van Hinloopen Labberton, beberapa tokoh muda dan terpelajar Indonesia bergabung dalam gerakan ini. Menurut penelitian David Reeve, tercatat sejumlah nama yang ternyata erat kaitannya dengan organisasi berorak nasional pertama, Boedi Oetama (BO) dan organisasi bercorak politik pertama, Indische Partij. Sedangkan tesis yang dibuat Akira Nagazumi secara panjang lebar menguraikan bagaimana hubungan dan pengaruh teosofi dalam organisasi BO yang ditelitinya.

Selain nama-nama yang telah disebutkan kedua sarjana tad, berdasarkan riset kepustakaan terdapat sejumlah tokoh terkenal dalam sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Prof. John D. Legge dengan jelas menunjukan bahwa didikan R. Soekemi, seorang muslim Jawa pengikut Gerakan Teosofi terhadap Soekarno, telah membawa pengaruh yang cukup kuat pada presiden pertama Republik Indonesia itu.

Karya biografi merupakan sumber yang kaya dalam melukiskan keterlibatkan dan besarnya pengaruh teosofi pada diri beberapa tokoh Indonesia, misalnya dalam otobiografi Achmad Soebardjo atau kisah pengalaman pribadi Abu Hanifah. Pada buku-buku tersebut terungkap tentang manfaat-manfaat yang dapat dpetik seorang intelektual muda terpelajar Indoneia serta manfaat pergaulan yang luas dengan kelompok intelektual lain, yaitu kelompok bangsa Eropa dan Timur Asing. Kedua tokoh tersebut menganggap bahwa teosofi amat berguna dalam pembentukan jiwa manusia yang selalu mendambakan kemajuan dan cita-cita tertinggi manusia.

Fakta di atas rasanya belum lengkap apabila tidak menyebutkan beberapa nama lain yang pernah aktif terlibat dan bahkan menjadi tokoh dalam gerakan ini. Beberapa nama yang dapat disebutkan adalah Goenawan Mangoenkoesoemo, Tjipto Mangoenkoesoemo, H. Agus Salim, Amir Sjarifoedin, M. Mutahar [pencipta lagu], kalangan Mangkunegaraan, Paku Alaman Yogyakarta, dll.

Ahmad Ariefuddin

Filosofi Matematika

Pernah nggak Anda berpikir…
1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?

Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH

1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +

2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x – = –
– x + = –

3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
– x – = +

Ahmad Ariefuddin

Berbisnis dengan Allah (Kisah Ali bin Abi Thalib)

Dari berbagai cara untuk berbisnis dengan baik dan benar kita bisa mencohtoh dari kisah Ali bin Abi Thalib yang mampu meningkatkan keuntungan yang berlipat.

“Wahai wanita, apakah engkau memiliki sesuatu yang bisa dimakan suamimu?” tanya Ali kepada istrinya, Fatimah.

“Demi Allah aku tidak memiliki sesuatu sedikitpun, tetapi ada uang 6 dirham dari hasil upahku memintal bulu. Uang tersebut akan aku belikan makanan untuk Hasan dan Husain,” jawab Fatimah.

“Wahai wanita yang mulia, berikan uang 6 dirham itu kepadaku,” kata Ali.

Fatimah lalu memberikan uang 6 dirham itu kepada Ali bin Abi Thalib. Sesudah uang itu di terima, Ali keluar rumah dengan maksud membeli makanan untuk kedua putranya.tiba-tiba di tengah jalan ia bertemu seseorang yang berkata, “Siapa yang mau meminjami Allah, Dzat yang menguasai, pasti Dia akan menepati Janji-Nya,”. Akhirnya, Ali mendekati orang tersebut dengan menyerahkan uang 6 dirham yang di bawanya dari rumah yang sedianya dibelikan makan untuk anaknya. Setelah uang itu diserahkan, Ali langsung pulang.

Ketika Fatimah mengetahui kepulangan suaminya kerumah tanpa membawa makanan apa-apa, ia lalu menangis. Melihat istrinya menangis, Ali langsung bertanya, “Wahai wanita mulia, apa yang menyebabkan engkau menangis?” “Wahai putra paman Rasulullah, aku melihat engkau pulang dengan tanpa membawa makanan sedikitpun,” Jawab Fatimah. “Wahai wanita mulia, aku telah menghutangkan uang 6 dirham tadi kepada Allah,” kata Ali. “Kalau itu yang engkau lakukan, aku setuuju.” Kata Fatimah.

Setelah itu, Ali bin Abi Thalib keluar rumah dan hendak menuju ke tempat Rasulullah SAW. Tiba-tiba di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang badui yang sedang menuntun unta. Ali lalu mendekati Badui tersebut dan Badui itu berkata, “Wahai ayah Hasan, belilah unta ini.” “Aku tidak memiliki uang sepeserpun untuk membeli untamu itu,” kata Ali. Badui itu lalu berkata, “Aku menjual unta ini dengan cara dihutangkan .” “Kalau begitu berapa harga unta ini.” Tanya Ali. Badui menjawab, “aku menjualnya dengan harga 100 dirham.” Ali berkata, “Baiklah, unta itu aku beli dengan harga tersebut.

Setelah itu,Ali bin Abi Thalib menuntun  unta yang baru dibelinya. Namun, tidak begitun jauh dari tempat itu, Ali di hadang oleh seorang Badui lain yang bertanya kepadanya, “Wahai ayah Hasan, apakah engkau hendak menjua unta yang kamu tuntun itu?” “Benar, aku hendak menjual unta ini.” Jawab Ali. Kata Badui kemudian, “Berapa harganya?”. jawab Ali, “Harga unta ini 300 dirham.” “Baiklah, aku beli untamu dengan harga tersebut.” Kata Badui.

Ketika orang Badui itu menyetujui harganya, ia langsung membayar 300 dirham secara tunai kepada Ali. Sesudah menerima pembayaran tersebut, Ali menyerahkan kendali untanya kepada orang Badui tadi. Kemudian,ia pulang ke rumahnya. Tatkala Fatimah mengetahui kedatangan suaminya, ia menyambutnya dengan senyum kasih sayang sebagaimana kebiasaan yang ia lakukan setiap kali menyambut kedatangan suaminya. Fatimah lalu bertanya, “Wahai ayah Hasan, apa yang engkau bawa hari ini?” “Wahai putri Rasulullah, aku telah membeli seekor unta dengan dihutang cara pembayaranya seharga 100 dirham. Aku lalu menjual unta tersebut dengan harga 300 dirham secara tunai,” jawab Ali. “Aku setuju saja terhadap apa yang kamu lakukan asalkan membawa kemanfaatan dan kemaslahatan,” kata Fatimah.

Sesudah perbincangan dengan Fatimah dirasa cukup, ia lalu keluar rumah lagi menuju tempat Rasulullah. Pada saat ia memasuki masjid, Rasulullah saw melihatnya dengan tersenyum dan ketika Ali sudah mendekat, beliau berkata, “Wahai ayah Hasan, apakah kamu yang bercerita kepadaku, ataukah aku yang memberi kabar kepadamu?” “Engkau saja yang memberi kabar kepadaku,” jawab Ali. Rasulullah berkata, “Wahai ayah Hasan, apakah kau sudah mengerti siapa sebenarnya Badui yang menjual unta kepadamu itu, dan siapa Badui kedua yang membelinya.” Lalu Ali menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah berkata, “Beruntung sekali, kamu beruntung…..beruntung…..wahai Ali, kamu telah menghutangi Allah dengan 6 dirham, maka Allah memberimu 300 dirham sebagai pengganti. Setiap dirham mendapatkan 50 dirham. Orang Badui yang pertama adalah Jibril, sedangkan yang kedua adalah Israfil,” menurut riwayat lain, disebutkan bahwa orang badui pertama adalah Jibril, sedangkan yang kedua adalah mikail.

Ahmad Ariefuddin

Kecermatan dalam berkata dan mendengar (Kisah Abu Nawas)

Abu Nawas mengatakan di depan Raja Harun Ar-Rasyid bahwa ia akan terbang. Mendengar perkataan Abu Nawas tersebut Raja Harun Ar-Rasyid berkata dalam hatinya “Nah inilah kesempatan saya untuk mengalahkan Abu Nawas”. Kemudian Raja Harun Ar-Rasyid berkata :

“Hai Abu Nawas, Apa katamu tadi ?”

“Maaf Baginda Raja, apabila Baginda memberi saya panggung yang tinggi, maka hamba akan terbang dari panggung tersebut” Kata Abu Nawas

“Baiklah Abu Nawas, akan saya buatkan panggung yang tinggi, tetapi setelah shalat jum’at depan kamu harus sudah mempersiapkan diri untuk terbang?” Tanya Raja Harun Ar-Rasyid

“Hamba Siap Baginda” Jawab Abu Nawas

Seminggu kemudian, setelah selesai shalat jum’at, rakyat telah berkumpul di alun-alun untuk menyaksikan Abu Nawas akan terbang. Abu Nawas menunggu Baginda Raja Harun Ar-Rasyid di bawah panggung yang menjulang tinggi sekitar 19 meter. Sesaat kemudian Baginda Raja Harun Ar-Rasyid tiba di alun-alun yang di elu-elukan oleh rakyatnya, kemudian mendekati Abu Nawas dan berkata:

“Kamu sudah siap ?” Tanya raja Harun

“Sudah Baginda” Jawab Abu Nawas

Kemudian Abu Nawas memanjat panggung yang tinggi tersebut sampai di atas. Kemudian ia berdiri yang di sambut dengan harap-harap cemas, “Bagaimana Abu Nawas terbang dari panggung itu tanpa membawa peralatan apapun. Kalau jatuh Abu Nawas pasti akan mati” gumam mereka dalam hati.

Abu Nawas mengangkat satu kakinya dan mengayunkan kedua tanganya seperti burung akan terbang. Kemudian ganti kaki satunya yang di angkat dan menyayun-ngayunkan kedua tangannya kembali. Perbuatan itu dilakukan Abu Nawas berulang-ulang sehingga rakyat merasa bosan melihat tingkah Abu Nawas tersebut, kemudian mereka berteriak “Katanya kamu akan terbang. Kok hanya bergitu. Abu Nawas berhenti dan langsung berteriak. “Saya kan hanya berkata, Saya akan terbang. Lho lihatlah aku ini. Aku akan terbang kan?”.

Baginda Harun tersenyum tersenyum melihat tingkah laku dan jawaban Abu Nawas tersebut, dan Baginda merasa kalah. Abu Nawas di beri hadiah.

Ahmad Ariefuddin

Arti dari Ijab Qobul 

”aku terima nikahnya si dia binti ayah si dia dengan Mas Kawinnya ,,,,,,,”
Singkat, padat dan jelas. Tapi tahukan makna “perjanjian/ikrar” tersebut ?
”maka aku tanggung dosa2nya si dia dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yg telah dia lakukan, dari
tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan
sholat. Semua yg berhubungan dgn si dia, aku
tanggung dan bukan lagi orang tuanya yg
menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa
calon anak2ku”.
.
Jika aku GAGAL?
”maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat
menyiksaku hingga hancur tubuhku”.
(HR. Muslim)
.
Duhai para istri,, Begitu beratnya pengorbanan suamimu terhadapmu, karena saat Ijab terucap, Arsy_Nya
berguncang karena beratnya perjanjian yg di buat olehnya di depan Allah, dgn di saksikan para
malaikat dan manusia, maka andai saja kau menghisap darah dan nanah dari hidung suamimu, maka itupun belum cukup untuk menebus semua
pengorbanan suami terhadapmu….
.
Semoga jadi pengalaman yg sudah nikah maupun yang belom

Ahmad Ariefuddin

PARA MILLIONER DI ZAMAN RASULULLAH

Beberapa Sahabat Rasulullah, berdasarkan catatan sejarah yang di-indikasikan sebagai Konglomerat, antara lain :
1. Abu Bakar.
Ibnu Umar ra mengatakan diawal keislaman Abu Bakar menghabiskan dana sekitar 40.000 Dirham untuk memerdekakan budak. Jika harga 1 Dirham Perak saat ini adalah Rp. 67.500, itu artinya yang dibayar oleh beliau setara dengan Rp 2,7 Miliar.

2. Umar bin Khaththab.
Di dalam Kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih, karangan Ibnu Abdil Barr, menerangkan bahwa Umar ra. telah mewasiatkan 1/3 hartanya yang nilainya melebihi nilai 40.000 (dinar atau dirham), atau totalnya melebihi nilai 120.000 (dinar atau dirham). Jika dengan nilai sekarang, setara dengan Rp. 284,4 Milyar (dinar) atau Rp. 8,1 Milyar (dirham).

3. Utsman bin Affan.
Saat Perang Tabuk, beliau menyumbang 300 ekor unta, setara dengan nilai Rp. 3 Milyar, serta dana sebesar 1.000 Dinar Emas, yang setara dengan Rp. 2,37 Milyar.
Ubaidullah bin Utbah memberitakan, ketika terbunuh, Utsman ra. masih mempunyai harta yang disimpan penjaga gudangnya, yaitu: 30.500.000 dirham (setara dengan Rp. 2,05875 Trilyun) dan 100.000 dinar (setara dengan Rp. 237 Milyar).

4. Abdurrahman bin Auf.
Ketika menjelang Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 Uqiyah Emas atau setara dengan Rp. 3,5 Milyar.
Menjelang wafatnya, beliau mewasiatkan 50.000 dinar untuk infaq fi Sabilillah, atau setara dengan nilai Rp. 118,5 Milyar.
Dari Ayyub (As-Sakhtiyani) dari Muhammad (bin Sirin), memberitakan ketika Abdurrahman bin Auf ra. wafat, beliau meninggalkan 4 istri. Seorang istri mendapatkan warisan sebesar 30.000 dinar emas. Hal ini berarti keseluruhan istri-nya memperoleh 120.000 dinar emas, yang merupakan 1/8 dari seluruh warisan.
Dengan demikian total warisan yang ditinggalkan oleh Abdurrahman bin Auf ra, adalah sebesar 960.000 dinar emas, atau jika di-nilai dengan nilai sekarang setara dengan Rp. 2,2752 Trilyun.

5. Abdullah ibnu Mas’ud.
Menurut Zurr bin Hubaisy Al-Kufi, Ibnu Mas’ud ra. ketika meninggal dunia mewariskan harta senilai 70.000 dirham, atau saat ini senilai Rp. 4,725 milyar.

6. Hakim bin Hizam.
Urwah bin Az-Zubair berkata bahwa Hakim bin Hizam telah mensedekahkan 100 unta, atau saat ini senilai dengan Rp. 1 Milyar.

7. Thalhah bin Ubaidillah.
Menurut Musa bin Thalhah, Thalhah bin Ubaidillah ketika meninggal mewariskan harta berupa 200.000 dinar emas, atau saat ini senilai Rp. 474 Milyar.

8. Sa’ad bin Abi Waqqash.
Menurut Aisyah binti Sa’ad, ketika Sa’ad bin Abi Waqqash ra. meninggal dunia, beliau mewariskan 250.000 dirham, atau pada saat ini senilai Rp. 16,875 Milyar.

9. Ibnu Umar.
Ibnu Umar pernah menjual tanahnya seharga 200 ekor unta. Lalu, separuhnya dia gunakan untuk membekali pasukan mujahid. Jika satu ekor unta saat ini senilai 4.000 riyal dan 1 riyal = Rp. 2.500, maka jumlah yang telah di-sumbangkan Ibnu Umar adalah sebesar Rp. 1 Milyar (50% x 200 x 4000 x Rp. 2500).
Seorang muslm diperbolehkanbercita-cita menjadi orang kaya dengan niat untuk memperkuat agamanya.
Insya Allah kiita bisa….
Aamiin…

Ahmad Ariefuddin

Jasa Teuku Markam dalam Sejarah Monas

mONAS

“SELAMAT HARI JADI YANG KE 40 TAHUN MONUMEN NASIONAL INDONESIA 12 Juli 1975 – 12 Juli 2015 (Semoga jasa Teuku Markam, Pengusaha asal Aceh tidak dilupakan begitu saja)”

“JANGAN PERNAH MELUPAKAN SEJARAH”

> Asal Usul Emas Monas

Monumen Nasional atau yang biasa disebut dengan Monas ini memang sudah tidak asing lagi bagi warga negara Indonesia, khususnya warga Jakarta. Monas yang terletak tepat di jantung ibu kota negara dan pemerintahan Republik Indonesia ini terlihat sangat gagah menjulang tinggi, seolah mengalahkan kemegahan berbagai bangunan di sekelilingnya.

Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada masa pemerintahan Soerkarno. Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959 dan diresmikan dua tahun kemudian pada 17 Agustus tahun 1961 oleh presiden Soekarno. Kemudian Monas mulai dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975.

Keseluruhan bangunan Monas ini dirancang oleh tiga orang arsitek yang ditunjuk oleh Soekarno, yakni Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno.

Monas yang didirikan untuk memperingati semangat perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia ini disimbolkan dengan lidah api yang tak pernah padam di pucuk Monas. Lambang lidah api tersebut dibuat dengan berbahan dasar emas. Namun tahukah anda asal usul emas yang terdapat di pucuk Monas? Pemberian siapakan emas tersebut?

Emas di pucuk Monas memiliki total berat 38 kilogram, namun 28 kilogramnya konon adalah pemberian seorang saudagar kaya raya asal Aceh bernama Teuku Markam. Emas itu sendiri diambil dari tambang emas yang berada di Lebong, Provinsi Bengkulu. Emas itu diberikan oleh Teuku Markam karena kala itu dirinya memang memiliki kedekatan dengan presiden Soekarno.

> Siapa Teuku Markam?

Teuku Markam turunan uleebalang, ia adalah penyumbang terbesar dari emas Monas. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban.

Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal. Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe.

Sempat mengecap pendidikan sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat). Teuku Markam tumbuh lalu menjadi pemuda dan memasuki pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan tamat dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatera Utara bersama-sama dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin dan lain-lain.

Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan clash antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis. Sebagai prajurit penghubung, Teuku Markam lalu diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah.

Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diemban Markam sampai Gatot Soebroto meninggal dunia. Adalah Gatot Soebroto pula yang mempercayakan Teuku Markam untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Waktu itu, Bung Karno memang menginginkan adanya pengusaha pribumi yang betul-betul mampu menghendel masalah perekonomian Indonesia. Tahun 1957, ketika Teuku Markam berpangkat kapten (NRP 12276), kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena “disiriki” oleh orang lain.

Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan oleh Sjamaun Gaharu.

Keluar dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola pampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam benar-benar menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnis Teuku Markam semakin luas karena ia juga terjun dalam ekspor – impor dengan sejumlah negara. Antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden.

Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Hasil bisnis Teuku Markam konon juga ikut menjadi sumber APBN serta mengumpulkan sejumlah 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen Nasional (Monas).

Sebagaimana kita tahu bahwa proyek Monas merupakan salah satu impian Soekarno dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Peran Teuku Markam menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika tidak kecil berkat bantuan sejumlah dana untuk keperluan KTT itu.

Teuku Markam termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain seperti Menteri PU Ir Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo dan lain-lain. Pada zaman Soekarno, nama Teuku Markam memang luar biasa populer. Sampai-sampai Teuku Markam pernah dikatakan sebagai kabinet bayangan Soekarno.

Sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tiada artinya di mata pemerintahan Orba. Ia difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Tuduhan itulah yang kemudian mengantarkan Teuku Markam ke penjara pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba Jln Percetakan Negara. Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun.

Peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto membuat hidup Teuku Markam menjadi sulit dan prihatin. Ia baru bebas tahun 1974. Ini pun, kabarnya, berkat jasa- jasa baik dari sejumlah teman setianya. Teuku Markam dilepaskan begitu saja tanpa ada konpensasi apapun dari pemerintahan Orba. “Memang betul, saat itu Teuku Markam tidak akan menuntut hak- haknya. Tapi waktu itu ia kan tertindas dan teraniaya,” kata Teuku Syauki Markam, salah seorang putra Teuku Markam.

Soeharto selaku Ketua Presidium Kabinet Ampera, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain yang kemudian dikelola PT PP Berdikari yang didirikan Suhardiman untuk dan atas nama pemerintahan RI. Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami (dua orang terakhir ini adalah tokoh Aceh di Jakarta) termasuk teman-teman Markam. Namun tidak banyak menolong mengembalikan asset PT Karkam. Justru mereka ikut mengelola aset-aset tersebut di bawah bendera PT PP Berdikari. Suhardiman adalah orang pertama yang memimpin perusahaan tersebut. Di jajaran direktur tertera Sukotriwarno, Edhy Tjahaja, dan Amran Zamzami. Selanjutnya PP Berdikari dipimpin Letjen Achmad Tirtosudiro, Drs Ahman Nurhani, dan Bustanil Arifin SH.

Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus “pinjaman” yang nilainya Rp 411.314.924,29 sebagai penyertaan modal negara di PT PP Berdikari. Kepres itu terbit persis pada tahun dibebaskannya Teuku Markam dari tahanan.

▶Proyek Bank Dunia

Sekeluar dari penjara, tahun 1974, Teuku Markam mendirikan PT Marjaya dan menggarap proyek-prorek Bank Dunia untuk pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Tapi tidak satupun dari proyek-proyek raksasa yang dikerjakan PT Marjaya baik di Aceh maupun di Jawa Barat, mau diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Proyek PT Marjaya di Aceh antara lain pembangunan Jalan Bireuen – Takengon, Aceh Barat, Aceh Selatan, Medan-Banda Aceh, PT PIM dan lain-lain. Teuku Syauki menduga, Rezim Orba sangat takut apabila Teuku Markam kembali bangkit. Untuk itulah, kata Teuku Syauki, proyek-proyek Markam “dianggap” angin lalu. Teuku Markam meninggal tahun 1985 akibat komplikasi berbagai penyakit di Jakarta. Sampai akhir hayatnya, pemerintah tidak pernah merehabilitasi namanya. Bahkan sampai sekarang.

Referensi :
http://livebeta.kaskus.us/…/…/kisah-si-penyumbang-emas-monas
http://acehabad.blogspot.com/…/teuku-markam-dengan-kisah-ne…
http://www.sayangi.com/…/asal-usul-emas-monas-dan-kemisteri…

Ahmad Ariefuddin

Pedoman Hidup (Sajak Berjalan)

Ada dua hal yang perlu kita ingat
Yang pertama ingat kebaikan orang lain terhadap kita
Yang kedua ingat kesalahan kita terhadap orang lain

Dan ada dua hal pula yg perlu kita lupakan
Yang pertama kebaikan kita terhadap orang lain
Dan yang kedua kesalahan orang lain terhadap kita

Yang terakhir ada dua cermin yang harus kita punya

satu cermin untuk melihat kekurangan kita

dan satu lagi untuk melihat kelebihan orang lain

Ahmad Ariefuddin

Yogyakarta 12 Juli 2015

Berbakti pada Orang tua (Sajak berjalan)

Dasarnya adalah dengan berbakti pada orang tua

jika Kita masih belum mampu, janganlah Kita membebani orang tua

Kita masih belum mampu, bersyukurlah Kita masih punya orang tua

Kita masih belum mampu juga, yang terakhir setidaknya Kita masih menganggap bahwa ia adalah orang tua kita

Ahmad Ariefuddin

Contoh Berfikir tekstual (Percakapan)

Ibu    :   Kok tidak traweh nak ?

Anak : Tidak bu.. -_-

Ibu    : loh kenapa tidak traweh ?

Anak : ini bu, soalnya aku tadi bawa  HP.

Ibu    : loh kenapa kalau membawa HP , kok tidak traweh ?

Anak : Tadi sebelum shalat di mulai takmir masjid ngasih pengumuman “Kalau yang bawa HP langsung di matikan saja !!!”. lah dari pada aku di matikan sama jamaah satu masjid mending aku pulang saja.

Ahmad Ariefuddin

Yogyakarta

08 Juli 2015

Sepenggal Kisah Dibawah Langit Turki

Di dalam buku hariannya Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan keresahan yang sangat dalam, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.
Sultan berkata kepada kepada kepala pengawal: “Mari kita keluar sejenak.
Diantara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan tabiat dimalam hari dengan cara menyamar.
Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki terdampar di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.
Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: “Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: “Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Dimana keluarganya?”
Mereka berkata: “Orang ini Zindiq, suka minum minuman keras dan berzina”.
Sultan menjawap: “Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya”.
Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.
Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.
Dalam tangisnya sang istri berucap: Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh”
Mendengar ucapan itu Sultan Murad terkejut.. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya”.
Sang istri menjawab:
“Sudah kuduga pasti akan begini…
Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke kedai minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”.
Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka wang dan berkata: “Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi”.
Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam”.
Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.
Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu”.
Ia hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya”.
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya”.
Demikianlah, akhirnya urusan penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.
Catatan:
-Jangan suka menilai orang lain dari sisi lahiriahnya saja. Atau menilainya berdasarkan ucapan orang lain.
-Terlalu banyak yang tidak kita ketahui.. Apalagi soal yang tersimpan di tepian paling jauh di hatinya.
-Kedepankan prasangka baik terhadap saudaramu.
Boleh jadi orang yang selama ini kita anggap sebagai penduduk Jahannam, ternyata penghuni Firdaus yang masih melangkah di bumi.
-Ingat…
Diantara hal yang paling banyak membuat orang diseret masuk kedalam neraka adalah karena ula h lisannya.
Walloohua’laam bishowwab
Semoga bermanfaat.

Ayat-ayat Al-Qur’an untuk para Jomblo

1. An Nuur 32

Anjuran berkawin

32. Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

2. An Nuur 33

24. An Nuur

33. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka[1036], jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu[1037]. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu[1038].

Ahmad Ariefuddin

INFO YANG JARANG DIKETAHUI ORANG !!!

1. Nomor Darurat utk telepon genggam adalah 112. Jika anda sedang di daerah yg tdk menerima sinyal HP & perlu memanggil pertolongan, silahkan tekan 112 dan HP akan mencari otomatis network apapun yg ada utk menyambung kan nomor darurat bagi anda. Dan yg menarik, nomor 112 dpt ditekan biarpun keypad dlm kondisi di lock.

2. Kunci mobil anda ketinggalan di dlm mobil? Anda memakai kunci remote? Kalau kunci anda ketinggalan dlm mobil & remote cadangan nya ada di rumah, anda segera telpon orang rmh dgn HP, lalu dekatkan HP anda kurang lebih 30cm dari mobil & minta org rumah utk menekan tombol pembuka pd remote cadangan yg ada dirumah. Pd waktu menekan tombol pembuka remote, minta org rmh mendekatkan remotenya ke telepon cellular yg dipakainya.

3. Tips untuk menge-Check keabsahan mobil/motor anda. Ketik: contoh JATIM L8630NS (no plat mobilanda) Kirim ke 1717, nanti akan dpt balasan dari kepolisian mengenai data2 kendaraan anda, tips ini jg berguna untuk mengetahui data2 mobil bekas yg hendak anda akan beli.

4. Jika anda sedang terancam jiwanya krn dirampok/ditodong seseorang untuk mengeluarkan uang dari ATM, maka anda bisa minta pertolongan diam2 dgn memberikan nomor PIN scara terbalik, misal no asli PIN anda 1254 input 4521 di ATM maka mesin akan mengeluarkan uang anda juga tanda bahaya ke kantor polisi tanpa diketahui penodong tsb. Fasilitas ini tersedia di seluruh ATM tapi hanya sedikit org yg tahu (tolong disebarkan).

5.Lupa dng nomer sendiri ? Nggak usah missedcall org biar bisa tau no Sendiri?, nih ada cara cek no sendiri :
Axis : *2#
Xl : *123*7*2*1*1#
Smartfren : *995#
Simpati : *808#
Tri : *998#
Indosat : *123*30#

Ahmad Ariefuddin

Definisi agama menurut para ahli sosiologi agama:

  1. Auguste Comte (1789-1858)

Memahami berpikir religius sebagai berpikir yang cenderung mencari jawaban yang mutlak tentang segala hal, seperti mengembalikan sebab segala peristiwa yang terjadi kepada kehendak Tuhan. Cara berpikir ini paling primitif dalam perkembangan pemikiran manusia.

  1. Emile Durkheim (1885-1917)

Mengemukakan esensi agama sebagai kehendak masyarakat itu sendiri. Karena itu, agama adalah ciptaan masyarakat, bahkan yang dipercayai sebagai Tuhan sebenarnya adalah masyarakat itu sendiri.

  1. Sigmud Freud (1856-1939)

Mengatakan bahwa agama adalah ilusi manusia di satu segi dan dari segi lain agama juga berfungsi untuk menimbulkan berbagai penyakit jiwa akibat banyak keinginan bawah sadar manusia yang dilarang oleh agama.

  1. Karl Mark (1818-1883)

Penjelasan Karl Mark lebih parah lagi, ia mengatakan bahwa agama adalah sebagai alat bagi kelas borjuis untuk memeras kelas proletar.

Ahmad Ariefuddin

Spinoza (Filsuf Barat)

Spinoza (1632-1677) adalah filosof besar yang paling dihargai dan dihormati. Secara intelektual, beberapa filosof lain mengunggulinya,tetapi secara etis, dialah yang tertinggi. Konsekuensinya, selama hidupnya dan satu abad setelah kematiannya, Spinoza dianggap sebagai orang yang sangat jijik pada kejahatan. Dia lehir sebagai seorang yahudi, tetapi orang-orang yahudi justru mengucilkannya. Orang-orang kristen juga membencinya; meskipun seluruh filsafatnya didominasi dengan ide tentang Tuhan, kaum ortodoks menuduhnya ateis. Leibniz, yang banyak berhutang kepadanya, menyembunyikan hutangnya ini, dan secara hati-hati tidak memberikan satu kata pujian pun padanya; dia bahkan melangkah lebih jauh dengan berbohong telah berkenalan secara pribadi dengan seorang Yahudi murtad.

Kehidupan Spinoza sangat sederhana. Keluarganya datang ke Belanda dari Spanyol, atau mungkin Portugal, untuk menghindari inkuisisi. Dia sendiri dididik di sekolah Yahudi, tetapi merasa tidak mungkin untuk tetap menjadi ortodoks. Dia di tawari 1000 florin per tahun untuk menyembunyikan keragu-raguannya; ketika dia menolak, ada upaya untuk membunuhnya; manakala uapaya ini gagal, dia di kecam dengan seluruh kutukan dalam Deuteronomy dan seperti kutukan yang ditumpahkan Elisha pada anak-anak yang, konsekkuensinya, terkoyak-koyak oleh beruang betina. Tetapi tidak ada beruang betina yang menyerang Spinoza. Dia hidup secara diam-diam, mula-mula di Ansterdam kemudian di Hague sebagai pembersih camera. Keinginannya sedikit dan sederhana, dan sepanjang hidupnya dia menunjukkan sikap yang tidak peduli terhadap uang. Sedikit orang yang mengenalnya pasti akan mencintainya, sekalipun mereka tidak setuju dengan prinsip-prinsipnya. Pemerintah Belanda, dengan liberalisme lazimnya, mentoleransi pendapat-pendapatnya tentang masalah-masalah teologi, meskipun suatu ketika secara politis namanya rusak karena berpihak kepada De Witts menentang Dewan Oranye. Pada awal usianya ke-43, dia meninggal karena penyakit paru-paru.

Ahmad Ariefuddin

Antara agama dan budaya

Menurut Hilman Hadikusuma ada istilah agama, ada agama budaya, dan kebudayaan agama. Pertama agama ialah ajaran yang diturunkan oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan. Kedua agama budaya ialah petunjuk hidup yang berasal dari pemikiran dan kebudayaan manusia. Ketiga yaitu kebudayaan agama ialah hasil kreasi manusia beragama, seperti tafsir Al-Qur’an, kaligrafi dan lainnya (lihat Hadikusuma 1993: 15-28)

Para agamawan atau teolog tidak mau mengakui agama sebagai kebudayaan. Agama di turunkan oleh Tuhan kepada umat manusia untuk petunjuk bagi mereka dalam menjalani hidup dan kehidupan. Ajaran Tuhan bukan kebudayaan. Dengan demikian, agama bukan kebudayaan.

Agama (wahyu) sebagai ajaran dari Tuhan bukanlah kebudayaan karena bukan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Akan tetapi, ajaran agama bukan semuanya yang merupakan wahyu Tuhan. Banyak pula yang merupakan interpretasi dan pendapat pemuka agama terhadap wahyu Tuhan itu, sehingga merupakan kebudayaan. Namun demikian, ada juga agama yang memang merupakan kebudayaan manusia, yaitu yang hanya berasal dari tradisi turun-temurun dan tidak jelas siapa pembawanya, kapan dan dimana turunya. Ilmu perbandingan agama menamakan ajaran tersebut dengan sebutan agama budaya.

Namun, manusia atau penganut agama melaksanakan, meyakini, dan menghayati ajaran wahyu atau agama yang berasal dari yang gaib itu. berdasarkan definisi kebudayaan di atas apa yang mereka laksanakan dan yakini adalah kebudayaan karena dilakukan oleh manusia atau masyarakat yang menganut agama tersebut. Namun, kebudayaan yang mereka suguhkan bukanlah sembarang kebudayaan, tetapi kebudayaan yang dikembangkan dari ajaran agama yang bersangkutan. Ayat tentang wajib shalat misalnya bukanlah kebudayaan, tetapi shalat yang ditegakan umat Islam adalah kebudayaan Islam. Ajaran adama ada yang budaya, yaitu yang dipahami dan diijtihati oleh pemuka agama, dan ada yang bukan budaya, yaitu yang langsung di ungkapkan dari ayat-ayat Tuhan. Akan tetapi, melaksanakan ajaran agama atau beragama adalah kebudayaan agama.

Ini berbeda dengan pendapat Gazalba bahwa melaksanakan ajaran agama yang dinyatakan dengan jelas dan tegas oleh Wahyu (qath’iy), seperti shalat, puasa, zakat bukanlah kebudayaan. Akan tetapi, menafsirkan ajaran agama dan melaksanakan tafsiran atau hasil ijtihad, seperti shalat dengan jahar basmalah, qunut, atau tanpa demikian adalah kebudayaan. (Gazalba 1962: 17-111). Jadi, bagi Gazalba, penilaian apakah sesuatu dinamakan kebudayaan atau tidak adalah dari asal pikiran, rasa dan karsa itu sendiri. Kalau semuanya itu berasal dari manusia, dia adalah kebudayaan. Namun, kalau asal usulnya bukan dari manusia atau masyarakat, menurut Gazalba, bukanlah kebudayaan.

Ahmad Ariefuddin

Nuklir dan pilihan moral

 

Pada tanggal 2 agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt yang memuat rekomendasi mengenai serangkaian kegiatan yang kemudian mengarah kepada pembuatan bom atom. Dalam surat itu Einstein antara lain mengatakan, “Saya percaya bahwa merupakan kewajiban saya untuk memberitahukan kepada Anda fakta-fakta dan rekomendasi”

Apakah yang mendorong Einstein merasa berkewajiban untuk memberikan sarana kepada Presiden Roosevelt untuk membikin bom atom? Apakah karena dia anti Rezim Hitler? Apakah karena dia terpanggil oleh kewajibannya selaku warga Amerika Serikat? Sebagai seorang ilmuan yang menemukan rumus E = mc² yang menjadi dasar bagi pembuatan bom atom yang dasyat itu, Einstein merupakan orang yang lebih tahu mengenai akibat dari saran yang dikemukakannya, baik secara fisik maupun secara moral.

Alasan Einstein untuk menulis surat tersebut secara eksplisit juga termuat dalam suratnya kepada presiden Roosevelt dimana dia mengemukakan kekhawatirannya mengenai kemungkinan pembuatan bom atom oleh Nazi. Dia menulis kata-kata :

“Saya mengetahui bahwa Jerman telah menghentikan penjualan uranium dari Cekoslovakia yang telah diambilalihnya. Bahkan Jerman telah mengambil tindakan ini mungkin dapat dihubungkan dengan fakta bahwa putra Menteri Muda Luar Negeri Jerman, Von Weimsacker, ditugaskan pada Institut Kaiser Wilhelm di Berlin di mana beberapa percobaan uranium yang telah di lakukan di Amerika Serikat sedang di coba kembali…

Sekiranya waktu itu Jerman tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk membuat bom atom, apakah Einstein akan bersedia menulis surat tersebut? Pertanyaan ini sangat menarik dan menyentuh landasan moral yang fundamental. Keputusan Einstein bukanlah di dasarkan pada nasionalisme atau pratiotisme. Dalam persoalan semacam ini ilmu bersifat netral. Walaupun demikian dalam kasus ini Einstein telah memilih untuk berpihak. Pihak manakah yang dia pilih? Amerika Serikat? Sekutu? Jawabannya adalah bukan, Einstein, seperti juga ilmuwan yang lain, berpihak kepada kemanusiaan yang besar. Kemanusiaan ini tidak mengenal batas geografis, sistem politik atau sistem kemasyarakatan lainnya.

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Sejarah telah mencatat bahwa para ilmuwan bangkit dan bersikap terhadap politik pemerintahannya yang menurut anggapan mereka melanggar asas-asas kemanusiaan. Ternyata bahwa dalam soal-soal yang menyangkut kemanusiaan para ilmuwan tidak pernah bersifat netral. Mereka tegak dan bersuara sekiranya kemanusiaan memerlukan mereka. Suara mereka bersifat universal mengatasi golongan, ras, sistem kekuasaan, agama, dan rintangan-rintangan lainnya yang bersifat sosial.

Einstein waktu itu memihak sekutu karena menurut anggapannya sekutu mewakili aspirasi kemanusiaan. Sekiranya sekutu kalah maka yang akan muncul di muka bumi adalah rezim Nazi yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu seorang ilmuwan tidak boleh berpangku tangan. Dia harus bersikap “Berpihak kepada kemanusiaan atau tetap bungkam?”

Pilihan moral ini kadang-kadang memang getir sebab tidak bersifat hitam di atas putih. Akibat bom atom Hiroshima dan Nagasaki masih berbekas dalam lembar sejarah kemanusiaan kita. Kengerian pengalaman mengenai Hiroshima dan Nagasaki memperlihatkan kepada kita wajah yang lain dari pengetahuan. Seperti Dr. Jekyll dan Mr. Hyde yang bermuka dan berpribadi belah maka ilmu pengetahuan bagaikan pisau yang bermata dua. Diperlukan landasan moral yang kukuh untuk mempergunakan ilmu pengetahuan secara konstruktif.

Salah satu musuh kemanusiaan yang besar adalah peperangan. Perang menyebabkan kehancuran, pembunuhan, dan kesengsaraan. Tudas ilmuwanlah untuk menghilangkan atau mengecilkan terjadinya peperangan ini meskipun hal ini merupakan sesuatu yang hampir mustahil terjadi. Perang merupakan fakta dari sejarah kemanusiaan yang sukar di hilangkan. Mungkin hal ini sudah merupakan fitrah dari manusia dan masyarakat kemanusiaan yang sudah mendarah daging. Walaupun demikian Einstein sampai akhir hayatnya tak jemu-jemunya menyerukan agar manusia mengehentikan peperangan dan perlombaan persenjataan.

Maka pada akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan kemanusiaan, atau sebaliknya dapat pula di salahgunakan. Tapi sesungguhnya pada dasarnya pengetahuan ditujukan untuk kemaslahatan kemanusiaan. Dan dalam hal ini kitapun perlu menyimak pesan Einstein kepada mahasiswa California Institute of Technology. Pesan itu di sampaikan pada tahun 1938 atau satu tahun sebelum Einstein menulis surat historis yang melahirkan bom atom. Dia berkata bahwa tidak cukup bagi kita hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis.

Pesan itu di akhiri dengan kata-kata “Jangan kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan.” Sungguh suatu pesan yang patut kita renungkan karena di tengah tumpukan grafik dan rumus-rumus kadang-kadang kita lupa, semua ini untuk apa? Ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual namun juga keluhuran moral. Tanpa itu maka ilmu hanya akan menjadi Frankenstein yang akan mencekik penciptanya dan menimbulkan malapetaka.

Ahmad Ariefuddin

Sultan taseh sare (Puisi)

11350300_1615451792072095_1619254095_n

Foto by Negerilangit Photography Yogyakarta

(Sultan Sedang Tidur) Cipt Ahmad Ariefuddin

Inilah mantan ibu kota Indonesia

Dimana sopan santun jadi kebiasaan

Asih asah asuh jadi filosofi kehidupan

Dan toleransi jadi pedoman keseharian

Maka tak heran keistimewaan di sandang

Sultan yang menjadi junjungan

Pemimpin yang selalu di banggakan

Tahta untuk rakyat di jadikan slogan

Rakyat yang tak butuh kekayaan

Karena tujuannya adalah kecukupan

Istimewa negerinya juga rakyatnya

Senyuman yang selalu di jadikan sandang

Miniatur Indonesia menjadi piala citra

Karena hakikatnya adalah kebahagiaan hidup

Dengan dalil hidup Cuma numpang minum

Hidup itu harus bermanfaat

Nasehat Kiayi Sunan Kalijaga

Dalang wayang purwa yang kondang

Pencipta lagu ilir-ilir

Yang tetap terjaga seperti air yang mengalir

Sultan

Kini keistimewaan terus terhimpit

Oleh cara berfikir materialistik

Mall yang menyediakan barang kesenangan

Beda dengan pasar yang menyediakan barang kebutuhan

Tangan keistimewaan telah terikat dengan kencang

Oleh para oknum dari pemerintahan merah putih

Dengan dalih investasi demi kemajuan

Mereka melupakan kearifan lokal

Yang sudah mulai hilang di telan zaman

Mulut keistimewaan telah d bungkam

Oleh para pemodal yang tak pernah kecukupan

Hotel-hotel di dirikan demi kesenangan duniawi

Sogokan-sogokan yang menjadi inspirasi

Terus mereka upayakan demi kesenangan

Hidung keistimewaan mulai susah bernafas

Terganggu asap tebal bus trans jogja

Asap yang hitam pekat bagai tinta pena

Padahal dana perbaikan  terus mengalir

Tapi entah ke saku siapa aliran rupiah itu

Mata keistimewaan mulai buram

Dengan kemacetan yang semakin memanjang

Banjir yang mulai menampakan perhatian

Pendakwah halal-haram yang berkeliaran

Serta cendikiawan tanpa moral yang bertebaran

Kini keistimewaan terus merungkuk kesakitan

Memanggil Sultan yang menjadi panutan

Sakniki Sultan taseh nopo (Sekarang Sultan sedang apa)

Nopo Sultan taseh sare? (Apa Sultan sedang tidur)

Taman Budaya Yogyakarta

Senin 22 Juni 2015

Kisah cinta Pramoedya Ananta Toer

pramoedya ananta toer

                “Aku benar-benar telah jadi broodschrijver, seorang yang menulis untuk sesuap nasi, mesin tulis, modal kerjaku, rasa-rasanya minta ampun. (Brieven hlm. 186)

Ketika situasi keuangan makin parah dan pertengkaran dengan istrinya makin hebat, juga karena Pramoedya masih tetap merasa bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Perkawinannya tidak tertolong lagi. Ia beberapa kali di usir dari rumah istrinya, walaupun pada masa itu anak ketiga mereka, Nenny, baru dilahirkan. Suatu ketika, saat kondisi yang begitu suram baik ekonomi dan kondisi kejiwaannya sangat murung, ia berkunjung ke Pekan Buku Gunung Agung, september 1954.

Di sana ia melihat seorang wanita penjaga stan pameran buku yang menarik perhatiannya. Pramoedya mendatangi wanita tersebut dan mengajaknya berkenalan. Hari-hari berikutnya selama pameran buku berlangsung, Pramoedya selalu menemani wanita yang bernama Maemunah Thamrin, anak kandung H.A. Tamrin, saudara kandung seorang Nasionalis yang terkenal yaitu Mohammad Husni Tamrin. Pramoedya menemani Maemunah seperti orang yang menjaga stand tersebut.

Mengenai istri keduanya, ada cerita atau rumor yang menyebutkan bahwa Pramoedya pernah bersaing dengan Soekarno dalam merebutkan hati Maemunah. Pada suatu ketika Bung Karno juga sering mengunjungi Stan Pameran Buku dan melihat gadis tersebut. Dengan bercanda, ia menggambarkan adegan itu sebagai “Buaya kedahuluan Buaya”. Pramoedya berani bertarung dengan Soekarno untuk merebutkan gadis tersebut. Ia dengan telaten, teguh, bekerja keras, dan intens melakukan pendekatan, akhirnya Maemunah berhasil menjadi istrinya yang setia sampai akhir hayatnya.

Ahmad Ariefuddin

Walisongo dalam Nusantara

Kehadiran Islam di Jawa sekitar abad XI Masehi yang di bawa oleh pedagang Arab dan disebarkan oleh para Mubaligh dari Pasai, Aceh Utara. Versi lain menyatakan bahwa Islam justru pertama kali masuk di pulau Jawa pada masa kekuasaan Prabu Sendok, melalui kontaks perdagangan saudagar Jawa dengan saudagar Bagdad dan Gujarat pada tahun 929-949 Masehi. Hal ini didukung dengan diketemukannya makam seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun yang di makamkan di desa Leran, Gresik, Jawa Timur. Dimana wafatnya tertulis 475 Hijriah bertepatan dengan 1082 Masehi.

Dalam sejarahnya kehadiran Islam di Jawa tidak lepas dari peran sejumlah wali yang di kenal dengan Walisongo. Walisongo merupakan pelopor dan pemimpin dakwah Islam di Nusantara atau khususnya di Jawa. Perintis pertamanya adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Walisongo telah berhasil merekrut dan mengkader murid-muridnya untuk menjalankan dakwah Islam di Nusantara sejak abad 15. Walisongo terdiri dari 9 (sembilan) wali terkenal yakni : Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajad, Sunan Muria, Sunan Gunung Djati, dan Sunan Kalijaga.

Pengertian Walisongo dapat dipahami secara denotatif maupun konotatif. Secara denotatif Walisongo ialah sejumlah guru besar atau ulama (wali) yang terdiri dari sembilan yang diberi tugas untuk berdakwah di daerah dan komunitas umat tertentu. Sedangkan secara konotatif Walisongo berarti seorang yang mampu mengendalikan babahan hawa sanga (sembilan lubang pada diri manusia) yaitu: 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, mulut, dubur, dan kemaluan, maka dia akan memperoleh predikat kewalian yang mulia dan akan selamat dunia dan akhiratnya.

Kata Wali sesungguhnya berasal dari bahasa Arab Wala atau Waliya yang berarti qaraba (dekat), artinya memiliki kedekatan dengan Allah SWT dan mengemban ajaran-ajaran yang di bawa oleh Nabi SAW, sehingga mereka memiliki peran meneruskan misi Nabi SAW dan sekaligus sebagai pewarisnya. Dalam Al-Qur’an sendiri istilah Wali memiliki pengertian kerabat, teman atau pelindung, seperti terdapat pada QS. Al-Baqarah; 257.

“Allah melindungi (waliyyu) orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindung (auliya) mereka ialah Setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan.”

Ahmad Ariefuddin

Tradisi Dhangdangan dari Sunan Kudus

Asal usul tradisi dhangdangan ialah di pelopori oleh Sunan kudus. Setiap kali bulan suci datang menjelang, umat Islam di Kudus dan sekitarnya menyambut dengan suka cita. Maka momentum kehadiran bulan Ramadhan menjadi sesuatu yang istimewa. Bahkan penanda masuknya bulan Ramadhan ini menjadi sebuah tradisi penting bagi umat Islam di Kudus yang kehadirannya tak lepas dari peran Sunan Kudus. Tradisi tersebut populer di masyarakat dikenal dengan Dhandangan, sedang pencetusnya adalah Kanjeng Sunan Kudus.

Tradisi itu bermula dari mendengarkan pengumuman dari sesepuh Masjid Menara Kudus mengenai kapan dimulainya hari pertama puasa. Pengumuman itu di awali dengan pemukulan beduk yang berbunyi dhang-dhang-dhang. Bunyi beduk itulah yang memunculkan kata Dhandangan, sehingga kebiasaan tersebut dikenal dengan tradsi Dhandangan.

Gus-Ji-Gang dalam tradisi Dhandangan

Salah satu fenomena budaya bagi masyarakat Kudus Kulon dalam tradisi tradisi Dhandangan terutama pada puluhan tahun yang lalu adalah menajdikan momentum ini sebagai ajang silaturahmi antar anak saudara. Bahkan tak jarang momentum Dhandangan juga menjadi media ta’aruf agar orang tua yang memiliki anak putri segera menemukan jodohnya, pemuda ideal.

Bagi masyarakat Kudus terutama di lingkungan Kudus Kulon yang di maksud pemuda ideal harus memiliki minimal 3 (tiga) karakter yang populer dalam akronim “Gus-Ji-Bang” atau kepanjangan dari Bagus akhlaknya, pintar mengaJi, dan terampil berdaGang). Ketika karakter pemuda ideal tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

Pertama, “Gus” bermakna bagus atau cakep. Kecakepan ini tak sekedar secara fisik tetapi juga cakep secara kepribadiannya (inner beauty). Aspek moral sangat di tonjolkan bagi masyarakat Kudus. Dalam kaitan ini biasanya dengan memperhatikan nasab, pendidikan dan pergaulan.

Kedua, “Ji” pintar mengaji atau lebih populer dengan sebutan santri. Hal ini menjadi prioritas penting karena karakter santri ini sebagai dasar bagi calon pemimpin rumah tangga yang berorientasi ketaatan pada Syariat Islam. Karakter ini biasanya diidentifikasikan dengan melihat latar belakang pendidikan. Mereka lebih memprioritaskan santri yang memiliki pendidikan berbasis agama daripada umum. Maka santri jebolan peantren jauh akan lebih memiliki kedudukan terhormat ketimbang santri kuliahan. Hal ini tak lepas dari hirarki sosial masyarakat Kudus Kulon yang menempatkan kiyai pada posisi yang tertinggi. Bahkan kiyai tak sekedar sebagai sumber keilmuan Islam tetapi sebagai tempat berguru dalam segala persoalan yang terkait masalah individu, keluarga maupun sosial kemasyarakatan, sehingga terbangun sebuah hubungan patron-clien yang menonjol. Kondisi ini diperkuat dengan karakter masyarakat Kudus Kulon yang peternalistik. Dalam posisi inilah posisi santri yang pintar mengaji menjadi incaran para gadis atau orang tua yang memiliki anak gadis siap dinikahkan.

Ketiga, “Gang” lincah berdagang. Belum lengkap rasanya menjadi warga Kudus terutama Kudus Kulon, kalau tidak mampu berdagang. Ketrampilan berdagang ini ditonjlkan karena tak lepas dari pilihan mata pencaharian yang lebih menjunjung tinggi profesi sebagai pedagang. Karena spirit dagangnya didasari dengan nilai-nilai Islam maka profesi dagang yang di inginkan adalah pedagang yang jujur, sebagaimana Sunan Kudus dan Nabi SAW juga seorang saudagar.

Ahmad Ariefuddin

Sunan Kalijaga berguru pada Sunan Bonang

                Dalam naskah-naskah kuno disebutkan bahwa Sunan Kalijaga itu berguru pada Sunan Bonang, kisahnya sebagai berikut:

                Nama lain Sunan Bonang ialah Raden Makdum atau Maulana Makdum Ibrahim. Diduga, ia lahir di daerah Bonang, Tuban, pada 1465. Semasa kecil, Sunan Bonang sudah mendapat pelajaran dari ayahnya, yaitu Sunan Ampel, dengan disiplin yang ketat. Tak heran jika dia pun kemudian masuk ke dalam WALI SEMBILAN. Senan Ampel semula memberi ia nama Maulana Makdum. Namun ia diambil dari bahasa Hindi, yang bermakna cendekiawan Islam yang dihormati karena kedudukannya di dalam agama (Rahimsah, 2002). Lokajaya menjalani perintah Sunan. Hingga setahun lamanya. Tidak ingat lagi tempatnya, sama sekali telah berubah. Pohon beringin telah rindang. Kiri kanannya menjadi semak-semak. Akar melilit di badan. Sunan Bonang ingat waktu dulu, tongkatnya tertinggal di hutan.

                Tempat bertapa lokajaya telah berubah menjadi baru, Sunan Bonang menyalakan api. Hutan itu segera di bakar, di masa tempat yang dilaluinya api membara. Lokajaya tidak bergerak dari tempatnya, hingga seluruh tubuhnya terbakar. Dia telah lama tidak makan dan tidak tidur. Dia didekati oleh Sunan. Lokajaya tidak mengetahui. Rupanya kesadaranya hilang. Segera Sunan Bonang membuat nasi hangat, kemudian diberikan kepadanya. Lokajaya segera sadar, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Lokajaya disuruh makan. Dia telah bersembah bakti kepada gurunya. Kesadaranya pulih kembali.

***

                Sunan Bonang berkata, “Kamu kujuluki Syekh Malaya, karena sebelumnya kamu berkelana. Sedangkan syekh itu sebutan bagi orang yang dikasihi Allah, karena kamu telah mampu tidak makan dalam setahun, melebur dosa yang terdahulu.”

                Jadi rampok sekian lama. Akhirnya mendapatkan petunjuk kebenaran, dengan menjalani tapa. Begitu khusuk dalam bertapa. Sunan Bonang berkata, “Anakku tunggulah ini, ini namanya kayu gurda.” “Baik”. Segera dia menunggui. Setelah setahun lamanya menunggui kayu gurda, kemudian dia di suruh berkhalwat di tanam d tengah hutan. Setahun berkhalwat kemudian di gali oleh Sunan Bonang. Da lalu di suruh berpindah di Kalijaga, karena itu dia bergelar “Kalijaga”. Tidak boleh tidur dan tidak boleh makan setahun lamanya. Oleh Sunan Bonang di tinggal ke Mekkah. Raden Lokajaya tidak pergi-pergi.

                Setelah genap setahun Syekh Malaya ditengok. Di jumpai sedang khusyuk tafakur. Sunan Bonang berkata, “Sudahilah tapamu, gelar kamu waliyullah, penutup penata agama.” Perbakilah agamamu, agama dan tata krama. Pedoman dari Allah SWT. Belajarlah syariat, agar mendapat hidayah iman. Hidayah itu dari Allah. Allah-lah yang memberi anugrah. Anugrah Allah memberi kekuatan, keluhuran, kekuasaan, kesaktian, dan keperwiraan. Seluruhnya tidak lain adalah anugrah luhur, sebaik-baik keutamaan. Yang penting, anakku, ingatlah kepada yang Maha Kuasa, yang menguasai zat-Nya sendiri, yang menguasai badan kita, tanpa kamu ketahui. Kamu di takdirkan oleh-Nya dan seluruh yang kamu miliki.” Berkata Sunan Kalijaga, “Hamba memohon dengan hormat, Paduka uraikan makna Suksma Luhur. Hamba memohon kepada Paduka jelaskan secara tuntas, dan apa yang disebut hidayah iman. Agar diri hamba mantap. Bagaimanakah sesungguhnya. Hamba mohon sampai jelas. Bila hanya berupa suara, hamba hanya mengikuti suara yang mendengung. Bila demikian ibarat asap. Tidak ada hasilnya berolah syariat.” Sunan Bonang berkata pelan, “ Syekh Malaya, benar kamu. Tetapi menurut pendapatku yang disebut berterima kasih itu adalah mengingat kepada Allah SWT. Sebab awal kejadian ini tidaklah seperti mendung. Ibarat hidayah yang jernih, warna iman hidayah, kelihatan dengan jelas. Syekh malaya ketahuilah, tidak dapat diduga dan tidak dapat di lihat dengan mata kepala. Saya ingin seperti kamu, mengetahui hidayah yang sejati. Sesungguhnya hidayah Allah aku belum mengetahui. Hanya berita yang kuyakini, karena itu firman Allah.” Berkata Sunan Kalijaga, “ Hamba memohon tentang hidayah yang sesungguhnya. Yang disebut sifat tanpa nama dan nama tanpa sifat. Hamba mohon petunjuk tempat kembali yang terakhir.”

                Sunan Bonang berkata pelan, “Bila kamu ingin tuntaskan, mati ragalah lagi, belajarlah dari kematian. Mumpung kamu masih hidup, bersemedilah ke hutan belantara. Jangan sampa ketahuan manusia. Setelah selesai memberi wejangan Sunan Bonang segera pergi dari Kalijaga. Arah lakunya ke timur laut. Kira-kira seperjalanan orang memikul, Syekh Malaya berjalan mengikuti lalu masuk ke rimba belantara.

                Menjalani laku seperti kijang, menyatu dengan kijang dan rusa. Begitu pula bila tidur, ikut tidur di semak belukar. Seperti tidurnya kijang. Kemana perg kijang ikut, seperti turunan kijang. Apabila ada orang yang melihat, kijang berlari dengan cepat. Sunan Kalijaga berlari dengan cepat. Berlari melompat-lompat layakna anak kijang. Dia tidak berpisah, mengikuti kemana saja kijang pergi. Setelah genap setahun, dan telah lebih dari janjinya, Syekh Malaya dijenguk. Demikianlah, satu ketika Sunan Bonang berniat salat ke Mekkah, dalam sekejap mata telah sampai tujuannya. Setelah salat kembali pulang.

                Ketika itu Sunan beristirahat di tengah hutan, melihat ada binatang berbentuk manusia yang sedang berlari. Sunan Bonang ingat bahwa ada wali yang bertapa kijang, namanya Syekh Malaya. Segera dia didekati. Syekh Malaya berlari dengan kencang. Larinya menabrak-nabrak, tidak memikirkan bukit dan jurang, dikejar tidak kena, dijaring tidak dapat. Bila terpegang lepas lagi, lepas dari jaringannya, meloncat. Marah sekali Sunan Bonang. Dalam hati dia meremehkan kijang itu. “Lebih baik saya memegang angin, saya pegang tidak akan lepas. Yang berbentuk malah lepas, tidak dapat di tangkap. Apabila tidak dapat memegang dia, lebih baik tidak menjadi manusia. Entahlah pekerjaan wali yang membujang ini.” Sunan Bonang segera mulai membuat nasi. tiga kepal telah jadi, dipakai untuk melempar.

Babad tanah jawi

 Ahmad Ariefuddin

Sunan Kalijaga sebagai Dalang Wayang

Wayang bagi Sunan Kalijaga bukan semata-mata pertunjukan cerita, tetapi di manfaatkan betul sebagai sarana pendidikan masyarakat. Sebagai dalang, Sunan Kalijaga sering memberikan pesan sebagai berikut:

Sing sapa ora gelem gawe becik marang liyan, aja sira ngarep-arep yen bakal oleh pitulungan ing liyan.

Wong ala samangsa kuwasa aja dicedhaki, sebab ,mbilaheni, saya mundhak angkara murkane, lan maneh bakal di enggo srana menangake kang ala mau.

Wong ala iku lamun kuwasa banjur sawiyah-wiyah nguja hawa napsune, lan uga ngagung-agungake penguwasane, mela aja nganti wong ala bisa nyekelpengewasa.

Wong kang rumangsa nindakake panggawe kang kurang prayoga, nanging emoh mareni, iku aja dicedhaki, mundhak nulari.

Wong ala yen bisa kuwasa, kang ala iku di arani becik, kosok baline yen wong becik kang kuwasa, kang becik iku kang ditindakake.

Terjemahan:

Barangsiapa tidak mau berbuat baik terhadap orang lain, janganlah mengharap akan mendapat pertolongan orang lain.

Orang jahat kalau berkuasa jangan di dekati, sebab berbahaya; ia akan tambah angkara murkanya, lagipula engkau akan dipakai sebagai sarana untuk memenangkan kejahatannya.

Orang jahat kalau berkuasa akan bertindak sewenang-wenang, melampiaskan hawa nafsumya dan membanggakan kekuasaannya. Oleh karena itu jangan sampai ada orang jahat memgang kekuasaan.

Orang yang jahat kalau dapat berkuasa, segala yang jelek di katakan baik, sebaliknya kalau orang baik yang berkuasa, maka hal-hal yang baiklah yang dijalankan.

Ahmad Ariefuddin

Definisi Tuhan menurut Albert Einstein

Pada suatu saat ketika Einstein diminta mendefinisikan Tuhan, ia memberikan jawabannya secara alegoris berikut ini :

Saya bukanlah seorang ateis, dan saya tidak berfikir saya dapat menyebut diri saya sebagai panteis. Kita ini dalam kedudukan seperti anak kecil yang memasuki perpustakaan yang sangat luas penuh dengan buku dalam berbagai bahasa. Sang anak tahu seorang pasti telah menulis buku-buku tersebut. Hanya tidak tahu bagaimana. Ia tidak tahu bahasa yang digunakan untuk menulis semua itu. sang anak sedikit menduga ada sebuah tatanan misterius dalam penyusunan buku-buku itu namun tak tahu apa itu. sepertinya buat saya tampak bahwa itulah sikap orang terhadap Tuhan betapapun tinggi intelegensinya. Kita lihat betapa mengagumkan semesta ini di tata dan patuh pada hukum-hukum tertentu namun kita hanya mampu sedikit memahami hukum itu. pikiran kita yang terbatas ini mampu menangkap daya yang misterius yang menggerakan bintang-bintang. Saya sangat terpesona dengan pantaisme Spinoza, namun saya lebih mengagumi sumbanannya pada pemikiran modern karena dia adalah filsuf pertama yang membahas jiwa dan tubuh dalam kesatuan, dan bukan sebagai dua hal yang terpisah.

Ahmad Ariefuddin

Di manakah makam Albert Einstein?

Albert Einstein meninggal dunia pada tanggal 18 April 1955 pada pukul 01.15 dini hari. Berita kematian Einstein segera menyebar ke segala penjuru dunia. Ucapan duka cita dari para pengagumnya dan juga dari beberapa kepala negara berdatangan ke alamat Einstein di Princeton, New Jersey. Pemerintah Amerika juga disibukan dengan kepergian Einstein sang maestro dalam ilmu dan teknologi, peraih hadiah nobel, pemikir sejati dan pemikir terbesar sepanjang sejarah manusia. Orang mungkin banyak bertanya tentang kelanjutan prosesi selanjutnya berkatan dengan kematian Einstein tersebut.

Orang ada yang berfikir tentang pemakamannya di Makam Pahlawan Arlington, karena Einstein di anggap orang yang berjasa memenangkan amerika dan sekutu pada perang dunia II. Bom atom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki adalah atas usulah Einstein kepada presiden Franklin D. Roosevelt untuk segera dibuat sebelum keduluan jerman dan jepang. Einstein adalah juga konsultan pada angkatan laut amerika dalam bidang persenjataan dan amunisi, jadi pantaslah kalau ada orang yang mengira bahwa Einstein akan dimakamkan di Arlington.

Sebelum diputuskan tempat pemakaman Einstein, pihak keluarga melihat arsip tentang pesan-pesan Einstein jika pada suatu saat nanti akan meninggal. Pihak keluarga di dampingi oleh Helen Dukas , skretaris Einstein, membuka arsip yang di maksud, ternyata Einstein telah berwasiat yang di tandatanganinya pada tanggal 18 Maret 1950. Adapun pesan Einstein adalah sebagai berikut:

  1. Bila aku mati, aku ingin tidak dikubur, karena aku khawatir kalau ada yang mencuri tulangku dan aku khawatir makamku akan d sembah-sembah orang.
  2. Bila aku mati, aku ingin jasadku dikremasi saja dan abu hasil kremasi supaya di taburkan.
  3. Semua harta warisan aku serahkan kepada Otto Nathan sebagai pelaksana dan Helen Dukas sebagi wali semua harta miliku.
  4. Warisan kepustakaan dan arsip-arsip aku serahkan kepada Hebrew University di Jerusalem.

Ahmad Ariefuddin

Detik-detik penemuan teori relativitas dari Albert Einstein

Einstein tidak pernah mengatakan bahwa perasaan religiusnya memperkuat kamampuannya untuk berkarya, kecuali kalau lagi mengartikan diktumnya “Sains tanpa agama lumpuh” dengan cara seperti itu. jikalau kita mengingat bahwa, baginya, musik adalah suatu ekspresi perasaan religius dan sering kali saat ia sedang bermain musik, tiba-tiba ia menemukan pemecahan atas persoalan ilmiah yang telah menarik minatnya selang beberapa waktu, maka jawaban yang positif untuk pertanya yang pertama adalah tidak dapat sepenuhnya di buang. Sejauh yang kita ketahui, hari-hari terakhir saat sebelum ia menyelesaikan teori relativitas umum mungkin ia telah melalui usaha yang penuh konsentrasi sepanjang hidupnya. Gambaran hidup tentang hari-hari itu, sebagaimana diceritakan oleh istrinya, Elsa, dapat ditemukan di buku autobiografinya Charlie Chaplin:

Sang doktor turun dengan bajunya yang khas untuk sarapan seperti biasanya namun hampir tidak menyentuh satu pun apa yang ada di meja makan. Saya pikir pasti ada yang salah, jadi saya bertanya apa yang sedang mengganggu pikirannya. “sayang, ia berkata : saya mempunyai ide yang sangat bagus. Dan setelah meminum kopinya, ia berjalan menuju pianonya dan mulai memainkannya. Lagi-lagi sekarang ia berhenti, membuat beberapa catatan sambil mengulang ucapannya tadi “saya menemukan ide yang sangat bagus, ide yang menakjubkan!” saya berkata :”jadi, ya ampun! Katakanlah padaku apa itu, jangan buat diriku tegang.” Ia menjawab, “sulit, saya masih harus menyelesaikannya.

Dia (elsa) menceritakan padaku, saat itu dia (Einstein) meneruskan permainan pianonya dan membuat catatan-catatan hampir setengah jam lamanya, kemudian menuju loteng tempat studinya sambil berpesan padanya bahwa ia tidak mau di ganggu. Setelah itu, ia tetap di kamarnya hingga dua minggu. “tiap hari aku (Elsa) naik ke atas untuk memberinya makan, dan tiap sore ia (Einstein) akan berjalan-jalan sebentar untuk berolah raga kemudian kembali ke kamarnya untuk bekerja lagi”. Akhirnya ia berkata “ Einstein turun dari kamarnya dengan wajah yang sangat pucat. Dan Einstein berkata berkata kepadaku, dengan pelan ia meletakkan dua lembar kertas catatannya di atas meja. Dan itu adalah teori relativitasnya.

Ahmad Ariefuddin

Masa anak-anak Albert Einstein

albert kecil

Albert Einstein masa kecil

Albert Einstein adalah anak pertama dari ibunya yang bernama Paulina Koch dan ayahnya Hermann Einstein. Ia lahir pada 14 maret 1879 di kota Ulm, Wurttemberg, Jerman. Pada saat bayi Albert Einstein jarang menangis dan tidak rewel seperti bayi pada umumnya. Ia memiliki sorot mata yang tajam pada setiap benda yang di lihatnya. Pada masa kecil, Einstein mengalami pertumbuhan terlambat yang mencemaskan orang tuanya. Sebab, Einstein dalam perkembangan secara fisik relatif baik, namun perkembangan secara mental agak kurang baik, bahkan Einstein kecil dikira menderita cacat mental atau perkembangan mentalnya terbelakang. Praduka itu di dasarkan pada kenyataan bahwa Einstein belum bisa bicara padahal teman seumurannya sudah pandai bicara. Selain belum bisa bicara Einstein kecil juga tidak suka bermain dengan teman-teman sebayanya. Einstein kecil lebih suka menyendiri dari pada bermain dengan teman-temannya.

Para dokter ahli perkembangan abak-anak ada yang menduga bahwa Einstein terkena keterlambatan perkembangan mental yang disebabkan oleh sindrom asperger yang mengarah pada autisme. Selain diduga Einstein menderita sindrom asperger atau autisme, para dokter ahli anak-anak ada yang menduga Einstein sedang mengalami proses pemikiran dalam kerangka vixual atau “eksperimen-eksperimen pemikirannya”. Dugaan-dugaan ini di dasarkan pada sorot matanya yang tajam bila memandang suatu benda, terlebih lagi bila ia tertarik pada benda tersebut. Pandangan matanya seolah-olah ingin mengetahui rahasia yang ada di balik benda yang di pandangnya. Dan yang terakhir ada juga yang menduga bahwa Einstein kecil mengidap dyslexia atau sulit bicara dan sifat pemalu.

Pada suatu hari, pada 14 maret 1884 bertepatan dengan hari ulang tahunya yang ke-5, Einstein kecil menerima hadiah dari ayahnya yang tak lazim dari ayahnya sebagai hadiah ulang tahunnya. Hadiah yang diberikan bukan mainan anak-anak, bukan buku cerita anak-anak, bukan baju baru, bukan permen coklat kesenangan anak-anak, tapi hadiah tersebut adalah sebuah kompas. Ya kompas adalah alat penunjuk arah bagi para pelaut, pengelana, atau pendaki gunung untuk mengetahui arah.

Hadiah kompas dari ayahnya ternyata berdampak sangat luar biasa pada diri Einstein, karena Einstein kecil sangat senang dengan kompas pemberian ayahnya, kemana-kemana kompas itu selalu di bawanya. Einstein kecil sangat tertarik dengan kompas, karena ia heran dan tak habis pikir kenapa jarum kompas selalu menunjuk ke arah utara (North), walaupun Einstein sudah berusaha mengarahkan jarum kompas ke arah barat, timur dan selatan, namun jarum kompas tetap berbalik ke arah utara. Dari situlah otak Einstein kecil mulai terangsang, mencari jawaban kenapa jarum kompas itu bisa menunjukan arah. Einstein kecil pun mulai banyak bertanya mencari penyebabnya. Dan dari itu pulalah Einstein kecil mulai bisa bicara seperti anak pada seumurannya. Sampai akhirnya Einstein sudah bisa berbicara dengan baik. Sungguh di luar dugaan bahwa hadiah kompas dari ayahnya, menjadikan Einstein dapat berbicara.

albert

Albert Einstein masa tua

Setelah Einstein dapat berbicara, kegembiraan menyelimuti sgenap keluarganya. Walaupun Einstein sudah dapat bicara, namun kebiasaannya untuk menyendiri masih saja dilakukan, karena sifat pemalunya masih ada. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Einstein banyak mengalami kemajuan, dengan cepat Einstein sudah dapat membaca, maka kegemarannya pada saat menyendiri adalah di isi dengan membaca. Setiap habis membaca buku, Einstein selalu mencoba menganalisis hasil bacaanya dan selalu berusaha mencari mengapa bisa begitu, atau sebab mengapa terjadi demikian.

Dalam usia yang masih sangat muda, Einstein mulai membaca dan belajar ilmu filsafat, yaitu suatu ilmu yang menari kebenaran yang sejati. Karena membaca buku filsafat membutuhkan pengetahuan bahasa asing (Prancis, Itali dan Yunani), padahal Einstein tidak sedang mempelajari bahasa tersebut, sehingga untuk sementara dia tidak belajar filsafat yang berbahasa Prancis, Itali atau Yunani. Einstein belajar filsafat dari buku yang di tulis dalam bahasa jerman dan dalam bahasa inggris. Alasan utamanya Einstein tidak suka pelajaran bahasa adalah karena Einstein tidak suka menghafal, sedangkan untuk belajar bahasa asing diperlukan kemampuan untuk menghafal. Walaupun Einstein tidak suka menghafal, tapi ia sempat membaca buku filsafat kelas berat yang ditulis oleh seorang filsuf dunia yang terkenal yaitu Emanuel Kant yang berjudul Critique Of Pure Reason. Einstein senang dengan buku karangan Emanuel Kant karena buku tersebut merangsang kemampuannya untuk selalu berfikir.

Ahmad Ariefuddin

Belajar dari Burung Gagak

burung gagak

Burung gagak merupakan burung yang bulunya berwana hitam mengkilap. Dan di sebagian masyarakat menganggap bahwa jika di atas rumahnya ada burung Gagak atau burung Gagak itu terus mengitari rumah maka salah satu dari penghuni rumah itu akan meninggal dunia. Itu adalah contoh mistik dari sebagian kecil dari burung Gagak. Nah tapi dalam tulisan kali ini saya tidak akan membahas tentang mitos tentang burung Gagak tapi saya akan memberikan fakta tentang burung Gagak yang bisa kita ambil hikmahnya.

Pertama, hampir semua orang tahu bahwa burung Gagak itu berbulu hitam pekat dan bermata hitam dengan tatapan tajamnya, namun hampir sedikit orang yang tahu bahwa bayi burung Gagak itu bulunya berwana putih, nah dari situlah induk sang bayi burung Gagak enggan mengasuh, memberi kehangatan, bahkan enggan memberi makan kepada anaknya itu. itu terjadi karena sang Induk burung Gagak mengira bahwa itu bukan anaknya, karena bulunya yang berwarna putih itu menjadi berbeda dengan bulu sang induk yang berwarna hitam pekat. Ya induk burung Gagak hanya mengengkrami telur sampai menetas, lalu setelah menetas sang induk langsung pergi dari sarangnya dan meniggalkan anaknya tersebut. Lalu munculah pertanyaan, “Lalu bagaimana bayi burung Gagak bisa bertahan hidup?” dan jawabanya adalah karena tangan Tuhan. disituah kuasa Ilahi bertindak karena Tuhan memberi suatu aroma yang keluar dari bayi burung Gagak yang membuat serangga-serangga kecil, nyamuk, ulat, dll mendekat. Dan distulah sumber makanan sang bayi burung Gagak yang sudah di beri oleh Tuhan. Sang bayi burung Gagak tidak perlu keluar dari sarang untuk mencari makanan karena dengan sendirinya makanan akan mendekatinya. Sampai akhirnya bulunya yang berwarna putih rontok dan tumbuh bulu baru berwarna hitam.

anak burung gagak

Bayi Burung Gagak

Kedua, pelajaran apakah yang bisa kita ambil dari kisah perjalan hidup burung Gagak itu?, yang paling penting kita harus sadar bahwa Tuhan tidak tidur. Tuhan mencintai setiap mahluknya. Jadi Tuhan tidak akan membiarkan mahluk kesusahan, itu sesuai dengan firman-Nya yaitu “Di dalam kesulitan pasti ada kemudahan”. Maka dari itu kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, janganlah mengecewakan Tuhan dengan berputus asa. Karena setiap masalah pasti ada hikmah yang bisa kita ambil. Pada akhirnya kita harus tetap mengingat Tuhan di saat suka maupun duka.

Ahmad Ariefuddin

Kisah Albert Einstein

Biorafi Einstein tahun 1949

Eistein berkata :

“ Ketika aku masih menjadi pemuda yang matang sebelum waktunya, semua harapan-harapan hampa dan semua apa yang diburu tanpa henti oleh orang-orang dewasa sepanjang hidup mereka, menghampiri kesadaranku dengan kesadaranku dengan kegairahan hidup yang luar biasa. Kemudian, segera aku ketahui semua kekejaman di balik pengejaran itu, yang pada waktu itu semuanya lebih di bungkus dengan hati-hati dengan kemunafikan dan kata-kata yang indah, tidak seperti sekarang ini. Hanya demi eksistensi perut mereka masing-masing, setiap orang di paksa untuk terlibat dalam pengejaran itu. lebih-lebih, memang sangatlah mungkin memuaskan perut dengan ikut larut dalam perburuan tersebut, namun ia bukanlah manusia sejauh ia adalah makhluk yang berpikir dan punya perasaan. Maka jalan keluar dari semua itu yang pertama adalah agama, yang di tanamkan pada tiap anak lewat mesin pendidikan tradisional. Dan melalui itulah aku sampai pada perasaan religiusku yang dalam- tanpa mengingkari kenyataan bahwa kedua orang tuaku bukanlah orang yahudi yang baik. ( Albert Einstein, Autobiographical Notes, dalam Albert Einstein: Philosopher Scientist, hlm. 3)

Menurut memori Einstein, akar dari religiusitasnya, sebagaimana yang kita lihat tadi, bukanlah dikarenakan kecintaannya pada Musik dan Alam; melainkan hasil dari realisasi perenungannya akan kesia-siaan perseteruan manusia dalam berjuang demi eksistensinya yang mengakibatkan dirinya terdera rasa depresi dan keputusannya, dari sinilah agama sepertinya menawarkan jalan pelepasan. Bagaimanapun, sikap terhadap kehidupan semacam itu sepertinya tidak lazim bagi anak semuda itu. kelihatannya, kenangan Einstein itu merupakan proyeksi dari seluruh perenungannya ketika ia dewasa terhadap masa mudanya.

Pelacakan sejarah terhadap sistem pendidikan Munich dan berbagai sumber lain menyediakan informasi tentang kurikulum pelajaran agama Einstein di Petersschule dan juga di Luitpold Gymnasium, setingkat SMP, yang ia masuki pada awal 1888. Di sekolah dasar katolik, pada umur 7 tahun ia di ajari beberapa Katakismus Kecil (Catechismus Romanus) dan kisah-kisah Injil di perjanjian baru; dan pada umur delapan tahun beberapa bab Katakismus besar dan ceriat-cerita Injil Lama dan sakramen, baptis, dan Perjamuan Agung. Sebagaimana satu-satunya orang Yahudi di kelasnya, Albert tampaknya tidak pernah merasa tidak nyaman-dengan perkecualian yang mungkin atas satu insiden yang pernah dialaminya. Diceritakan pula bahwa pada suatu hari, dalam salah satu pelajaran agama, sang guru, seorang pendeta Katolik, dengan menunjukkan paku besar, lalu sang guru berkata di depan kelas, “Inilah paku yang digunakan orang-orang Yahudi untuk menyalib Kristus.” Menurut catatan para biografer, Rudolf Kayser dan Carl Seelig; yang laporannya di dasarkan atas surat-menyurat dengan Albert Einstein, sang guru agaknya bermaksud membangkitkan kebencian terhadap Yahudi, dan semua mata di kelas itu menatap Albert yang merasa sangat malu. Sejak saat itulah Albert Einstein mengalami kebencian mendalam pada antisemit yang begitu menakutkan,” tulis Kayser (Reiser).

Ahmad Ariefuddin

Pengertian Bar Mitzvah

 

Arti Angka 13 untuk Yahudi

Kebanyakkan orang masih mempercayai angka 13 yang dianggap merupakan angka pembawa sial. Namun bagi Yahudi angka  13  ini memiliki arti yang sangat penting. Angka 13  merupakan waktu dimana anak pria menjalankan secara dewasa semua hukum dalam agama Yahudi. Anak usia 13 ini secara spiritual adalah sudah dewasam segala tindakkan secara spriritual bukan lagi menjadi tanggung jawab orang tuanya. Usia 13 ini juga merupakan waktu anak di tanya ingin atau tidaknya menjadi seorang Yahudi dengan menjalankan Bar Mitzvah.

Angka 13 dalam Yahudi merupakan prinsip dalam spiritual Yahudi, yaitu

Keyakinan adanya Sang Pencipta.

Keyakinan tak ada kekuatan lain selain Sang Pencipta.

Keyakinan Sang Pencipta adalah kekal.

Keyakinan Sang pencipta secara spiritual dimana G-d tak terpengaruh secara fisik ,waktu, tempat,dll

Keyakinan hanya menyembah Sang Pencipta.

Keyakinan G-d berkomunikasi dengan manusia dengan caraNya.

Keyakinan G-d yang maha mengetahui

Keyakinan bahwa Musa merupakan utusanNya

Keyakinan bahwa kitab Taurat merupakan wahyuNya.

Keyakinan akan ketetapan dalam kitab Taurat.

Keyakinan bahwa segala perbuatan akan mendapat balasanNya.

Keyakinan akan datangnya Messiah

Keyakinan akan datang hari kebangkitan bagi semua mahluk yang telah meninggal pada saatnya.

Selain 13 prinsip dalam keiman Yahudi, angka 13 inipun dalam Kabbalah Yahudi memiliki arti Cinta (Ahava  dalam Ibrani) , Perawatan ( de’aga dalam Ibrani),  Satu ( Ehad dalam Ibrani) memiliki angka 13.  Ini berkaitan dengan sang Pencipta yang maha Kuasa dan Esa serta hanya satu.  Dalam salah satu kitab Yahudi Selichot yang di baca sepanjang waktu bulan  Elul yaitu tahun baru, sampai Yom Kippur pun ada  permohonan ampun terhadap semua dosa yang telah di perbuat sebanyak 13 kali yang di ulang.

Dalam spiritual Yahudi angka 13 merupakan angka kedekatan secara spiritual Yahudi dengan G-d.

Ahmad Ariefuddin

Nasehat utama R.N. Ronggowarsito

index

Hidup di zaman edan

Gelap jiwa bingung pikiran

Turut edan, hati tak tahan

Jika tidak turut

Batin merana dan penasaran

Tertindas dan kelaparan

Tapi janji Tuhan sudah pasti

Seuntung apa-pun orang yang lupa daratan

Lebih selamat orang yang menjaga kesadaran

(R. Ngabehi Ronggowarsito, 1802-1873)

Nasihat utama R.N. Ronggowarsito tersebut mengingatkan kita pada fenomena kemrosotan karakter anak-anak bangsa yang semakin hari semakin mengkhawatirkan mulai dari pergaulan bebas, budaya ngapusi (bohong), konflik sosial hingga aksi terorisme yang telah melibatkan anak-anak muda di sekitar kita. Di tengah keterasingan nilai-nilai moral seperti itu, ada baiknya nasihat R.N. Ronggowarsito tersebut kita jadikan sebagai tanbih (pengingat) bahwa manusia sedang mengalami disorientasi hidup, sehingga kebanyakan manusia hanya taqlid (pengikut) buta, ikut-ikutan tak tahu arah dan tujuan yang diperbuatnya sehingga menjadi “gila bersama”. Maka, perlu kembali kepada kesadaran batin yakni agama fitrah yang selalu mengajak kepada kebajikan dan merenungkan kembali atas apa yang pernah terjadi serta mencerap, belajar, dan meneladani pada leluhur yang telak meletakkan dasar-dasar hidup bersama dalam masyarakat yang lintas kultur (budaya) dan iman (agama).

Ahmad Ariefuddin

Sejarah Singkat Kadipaten Pakualaman

Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan penjajah Belanda, lahirlah sebuah kerajaan baru di Yogya, yaitu kadipaten Pakualaman. Saat itu, Gubernur jenderal Raffles menilai bahwa Sri Sultan HB II dan Sunan Solo tidak menaati Perjanjian Tuntang. Karena itu, Sultan HB II Dipaksa oleh Raffles untuk turun tahta. Kemudian Raffles mengangkat Sri Sultan HB III dengan mengurangi daerah kekuasaan Kasultanan Yogya. Sebagian dari wilayah kekuasaan Kasultanan diberikan kepada Pangeran Notokusumo yang adalah saudara dari Sri Sultan HB III. Daerah otonom yang sebagian berlokasi di dalam kota dan sebagian kecil berlokasi di daerah selatan Yogya (daerah Adikarto) menjadi sebuah kadipaten baru yang dikuasai dan pimpin oleh Pangeran Notokusumo tersebut. Pada 17 maret 1813, Pangeran Notokusumo mengukuhkan tahtanya dan bergelar Pangeran Adipati Paku Alam I. Ia memerintah sampai pada 1829.

Sama seperti Kasultanan Yogya, Kadipaten Pakualaman ini merupakan sebuah kerjaan (praja kejawen). Pada era pemerintahan Paku Alam V, Pakualaman memiliki kekuatan militer tersendiri. Bahkan, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam V (1878-1900) diberi pangkat Kolonel dan memperoleh bintang Ridder-kruis van den Nederlandschen Leeuw.

Selama masa Hindia Belanda, Kadipaten Pakualaman mempunyai sistem pemerintahan yang lebih sederhana karena daerahnya lebih kecil. Kabupaten Kota Pakualaman hanya terdiri dari satu Asistenan dan satu kamantren. Kabupaten Adikarto yang berada di bagian selatan Kulon Progo terdiri dari empat asistenan (kapanewon). Masin-masing asistenan dikepalai oleh seorang asisten wedana atau panewu pangreh praja dan membawahi beberapa desa.

Ahmad Ariefuddin

Asal usul “Susunan Asli”

Menurut UUD 1945 sebelum sekarang di amandemen, sebuah daerah dinyatakan sebagai istimewa jika daerah itu memiliki apa yang disebut sebagai susunan asli. Pada bagian penjelasan dari pasal 18 ditulis demikian :”Dalam teritoir Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende landschappen dan volksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, negeri Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat di anggap sebagai daerah yang bersifat istimewa”.

Susunan asli itu berbicara tentang sistem pemerintahan yang sudah ada (established) sebeblum daerah itu menjadi bagian dari RI. Yogyakarta misalnya, merupakan sebuah kerajaan tersendiri sejak jauh sebelum bergabung dengan RI. Yogyakarta sudah mempunyai sistem pemerintahan tersendiri dan bahkan sudah mereorganisasi sistem tersebut.

Yogyakarta memiliki apa yang disebut dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945 sebagai “asal usul” tersendiri. Pemerintahan yang ada di Yogya tidak tumbuh setelah RI merdeka, tetapi memiliki asal usul tersendiri. Yogya di nyatakan sebagai istimewa karena UUD 1945 itu “menghormati dan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”.

Dengan demikian, untuk membicarakan soal Daerah Istimewa Yogyakarta, harus di cermati sejarah asal usul Yogyakarta. Meruntut kembali kembali sejarah Yogya akan memperjelas fakta bahwa Yogya benar-benar telah mempunyai “Susunan Asli”. Bahkan, seandainya dulu tidak bergabung dengan RI, Yogya mampu berdiri sendiri sebagai sebuah negara (kerajaan) yang berdaulat.

Ahmad Ariefuddin

Keistimewaan Al-Qur’an

Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi A-Qur’an Al-Karim , bacaan sempurna lagi mulia itu.

Tiada bacaan semacam Al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.

Tiada bacaan melebihi Al-Qur’an dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunya.

Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungan yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran. Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tatacara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus ucapanya, dimana tempat yang terlarang, atau boleh, atau harus memulai atau berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya.

Tiada bacaan sebanyak kosakata Al-Qur’an yang berjumlah 77.439 (Tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh sembilan) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua puluh tiga ribu lima belas) huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya,maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.

Sebagai contoh :

  1. Kata hayat terulang sebanyak antonimnya yaitu maut, masing-masing 145 kali.
  2. Akhirat terulang sebanyak 115 kali, sebanyak kata dunia
  3. Malaikat terulang sebanyak 88 kali, sebanyak kata Setan
  4. Thuma’ninah (ketenangan) terulang sebanyak 13 kali, sebanyak kata dhijg (kecemasan)
  5. Panas terulang sebanyak 4 kali, sebanyak kata dingin

Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjuk dampaknya yaitu ridha (kepuasan) masing-masing sebanyak 73 kali. Kikir sama dengan akibatnya yaitu penyesalan sebanyak 12 kali. Zakat sama dengan berkat yakni kebajikan melimpah, masing-masing sebanyak 32 kali. Masih amat banyak keseimbangan lainnya, seperti kata yaum (hari) terulang sebanyak 360 kali, jumlah sama dengan jumlah hari dalam setahun. Kata syahr (bulan) terulang sebanyak 12 kali, juga sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

Demikian :

“Allah menurunkan Kitab Al-Qur’an dengan penuh kebenaran dan keseimbangan

(QS. Al-Syuro [42] : 17)”.

Adakah suatu bacaan ciptaan makhluk seperti ini? Al-Qur’an menantang :

“Katakanlah, Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk menyusun semacam Al-Qur’an ini, mereka tidak akan berhasil menyusun semacamnya walaupun mereka bekerja sama” (QS Al-Isra [17] : 88).

Ahmad Ariefuddin

Do’a Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga menyusun beberapa doa dalam bahasa Jawa. Doa-doa yang disusunnya itu berupa kidung atau mantra. Di antara doa-doa Sunan kalijaga, yang amat terkenal adalah kidung “Rumeksa Ing Wengi” [Perlindungan di malam hari]. Kidung ini juga dikenal sebagai “Mantra Wedha”. Doa penyembuhan. Kidung ini disebut mantra, karena jika kidung ini diucapkan dengan keyakinan yang tinggi akan menghasilkan kekuatan gaib. Berguna untuk perlindungan dan penyembuhan.

Nabi Muhammad banyak mengajarkan doa.mulai dari doa bangun tidur, ke mamar kecil, berpakaian, makan, keluar rumah, bekerja , hingga kembali pulang ke rumah dan doa sebelum tidur. Semua kegiatan tersebut itu terus menerus di iringi doa. Ada sebuah hadist yang berasal dari Abu Hurairah dan dirawayatkan Ibnu Majah. Pada waktu itu, Abu Hurairah bertiduran karena perutnya sakit. Lalu, Nabi memintanya bangkit dan berdoa: “Bangkit dan berdoalah, karena sesungguhnya dalam doa terkandung kekuatan untuk penyembuhan.

Ada dua hal yang perlu di perhatikan dalam berdoa, yaitu keyakinan dan bahasa doa itu sendiri. Yang baik, tentu saja yang disertai keyakinan yang tinggi dalam berdoa, dan mengerti makna doa yang di ucapkannya. Bahasanya Sunan Kalijaga itu Jawa maka disusunlah doa mantra berbahasa Jawa.

Mengapa Sunan Kalijaga perlu menyusun doa mantra sendiri, kan sudah ada tuntunan doa dari Kanjeng Nabi Muhammad ? karena kan sudah jelas, bahwa doa itu akan lebih mudah dihayati dan diyakini bila bahasanya dimengerti. Dan , dalam doa yang di praktikkan secara sungguh-sungguh, terkandung kerja. Orare est laborare, laborare est orare, “berdoa artinya bekerja, bekerja artinya berdoa”. [ungkapan Larry Dossey]

Ahmad Ariefuddin

Cita-cita ilahi

Seorang pemimpin bukan hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan intelektual (IQ), namun juga kecerdasa emosional (EQ), dan akhirnya akan menhasilkan kecerdasan spiritual (SQ). Dalam hal menjadi visioner, sering kali sangat ditentukan oleh kedalaman spiritualitas. Menurut Paul G. Stoltz, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk merasa, memahami, dan menemukan bagian yang lebih tinggi dari diri kita, dari orang lain, dan dari dunia sekeliling kita.

Para sultan Yogya adalah para visioner yang visi-visi kepemimpinannya merupakan hasil olah spiritualitas yang mendalam. Mereka mendapatkan wahyu cakraningrat dari Sang Khaliq sehingga mempunyai cita-cita ilahi untuk memulai sebuah kerajaan baru dan memimpin segenap rakyat. Karena visi “nasionalisme”, Pangeran Mangkubumi memberontak dan berjuang melawan penjajah. Sampai 1752, sebagian besar mataram kembali direbut belanda. Akhirnya, P.Mangkubumi memperoleh sebagian wilayah Mataram melalui perjanjian Giyanti (1755). Sejak itu, ia mendirikan Kasultanan Yogya dan menjadi Sri Sultan HB I (1755-1792). Sri Sultan HB I sering melakukan rapa brata. Ketika bersemedi di desa Beton, ia mendapat wahyu ilahi untuk menjadi pemimpin yang memberi pengayoman kepada rakyat.

Demikian juga dengan Sri Sultan HB IX. Seperti telah di utarakan di muka, ia memperoleh visi ilahi untuk memulai kepemimpinannya dengan seolah berindak mengalah melawan penjajah (menandatangani politiek contract yang merugikan). Karena visi, maka ia dan Sri Paku Alam VIII menyatakan mendukung dan bergabung dengan Republik Indonesia. Ketika kondisi perjuangan sangat kritis, Yogya merupakan benteng terakhir dengan menjadi ibukota RI. Saat dunia internasional meminta bukti eksistensi RI, Yogya menyodorkan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang spektakuler itu. karena visi, maka HB IX memilih untuk memperjuangkan Indonesia meskipun Belanda sempat memberi iming-iming untuk mengangkat Sri Sultan HB IX menjadi Wali Negara yang berkuasa atas Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam rangka Negara Federal yang di rencanakan Belanda.

Sri Sultan HB X juga seorang pemimpin visioner yang memiliki kecerdasan sepiritual. Dalam buku “Meneguhkan tahta untuk rakyat” diceritakan bahwa Sri Sultan HB X melakukan tindakan spiritual menjelang masa orde baru. Ia mengatakan “Jika pemimpin tak benar, kewajiban saya adalah untuk mengingatkan. Karena memang kebangetan (keterlaluan), ya tak pasani sesasi tenan (ya saya puasai sebulan penuh).” Tepat sebulan setelah masa puasa beliau berakhir (19 April-19 Mei 1998) dan setelah munculnya maklumat bersama HB X dan Paku Alam VIII, Soeharto pun tumbang.

Ahmad Ariefuddin

Siapa yang terkuat? (Inspirasi Rasulullah)

Pada suatu saat, Rasulullah SAW melewati sekelompok sahabat. Setelah di amati, mereka sedang melakukan perlombaan angkat batu.

“Apa yang sedang kalian kerjakan?” tanya Rasulullah SAW.

“Kami sedang menguji siapakah di antara kami yang teruat,” jawab salah seorang dari mereka.

“Maukah kalian kuberitahu, siapa sebenarnya yang paling kuat di antara kalian?”

“Tentu ya Rasulullah !!”

“ yang terkuat di antara kalian semua adalah orang yang memiliki sifat berikut:

  1. Apabila sedang suka atas sesuatu, rasa sukanya tidak menjerumuskannya kedalam kejahatan dan dosa.
  2. Apabila sedang benci atas sesuatu, rasa bencinya tidak sampai menyeretnya keluar dari jalan kebenaran.
  3. Apabila sedang berkuasa, ia tidak mau menggunakannya untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Ahmad Ariefuddin

Pandangan Syaikh Abdul Qadir Jailani seputar golongan yang sesat

“Diriwayatkan dari katsir ibn Abdillah, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya Bani Israil terpecah dari Musa menjadi 71 golongan; semuanya sesat, kecuali satu golongan, yaitu golongan Islam dan jamaahnya. Lalu umat Nabi Isa terpecah menjadi 72 golongan; semuanya sesat, kecuali satu golongan, yaitu golongan Islam dan jamaahnya. Kemudian sesungguhnya kalian akan terpecah menjadi 73 golongan; semuanya sesat, kecuali satu golongan, yaitu Islam dan jamaahnya.” Adapun 73 golongan ini berasal dari 10 golongan, yatu: Ahlu Sunnah, khawarij, Syi’ah, Murji’ah, Mu’tazilah, Musyabbihah, Jahamiyyah, Dhirariyah, Najjariyah, dan Kilabiyyah. Ahlu Sunnah hanya terdiri dari satu golongan, Khawatij ada 10 golongan, Mu’tazilah 6 golongan, Murji’ah 12 golongan, Syi’ah 32 golongan, sementara Jahamiyyah, Najjariyyah, Dhirariyyah, dan Kilabiyyah memiliki satu kelompok saja. Sedangkan Musyabbihah memiliki 3 golongan. Jadi, semuanya berjumlah 73 golongan. Al-Firqah Al-Najiyah (golongan yang selamat) adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Golongan Mu’tazilah (Qodariyah) menanamkan golongan Ahlu Sunnah dengan Mujbarah (yang dipaksa) karena orang Ahlu Sunnah berpendapat bahwa semua makhluk berada dalam kehendak, kekuasaan, dan keinginan Allah Swt. Orang Murji’ah menyebut Ahlu Sunnah dengan Syakakiyyah (orang-orang yang ragu), karena mengecualikannya dalam keimanan, ketika seorang mukmin berkata, “Saya seorang mukmin, InsyaAllah.” Orang-orang Rafidhah (salah satu sekte Syi’ah, penerj) menyebutnya dengan Nashibiyyah karena orang Ahlu Sunnah berpendapat seorang pemimpin mesti di angkat dan diganti berdasarkan ‘aqd. Orang-orang Jahamiyyah dan Najjariyah menyebutnya dengan Musyabbibah, karena orang Ahlu Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah. Orang-orang Bathiniyyah menyebutnya dengan Hasyawiyyah, karena orang Ahlu Sunnah sering mengatakan khabar dan berpegang pada atsar.”

Ahmad Ariefuddin

Nasihat Syaikh Abdul Qadir Jailani untuk Taubat

Jika kamu merasakan perubahan, kesempitan dalam usaha, dan kesulitan dalam mencari rezeki, ketahuilah bahwa itu karena kau meninggalkan perintah Allah dengan mengikuti hawa nafsu.

Jika kau merasa orang-orang berbuat semena-mena kepadamu dan kegelapan menyelimuti diri, keluarga, harta, dan anakmu, ketahuilah bahwa itu karena kau melanggar larangan-larangan-Nya, menahan hak-hak orang lain, dan melanggar batas-batas.

Jika hatimu tertumpuk rasa derita dan gelisah, ketahuilah bahwa itu karena kau tidak yakin dan meridhai takdir yang telah Allah berikan kepadamu.

Pada saat semua itu terjadi, kau harus menyesal dan kembali dari semua ini.

Tobat seorang itu dapat diketahui dari empat hal:

pertama, dia dapat menguasai lidahnya dari perkataan kotor, menggunjing orang lain, mengadu domba, dan bohong.

Kedua, tidak memendam hasud dan permusuhan di dalam hatinya.

Ketiga, menghindar dari bergaul dengan orang-orang yang tercela.

Keempat, selalu menyiapkan kematiannya dengan penyesalan dan permohonan ampun atas segala dosa yang telah dia lakukan.

Abu Ali Al-Diqaq mengatakan bahwa tobat ada tiga macam: taubah, inabah, dan aubah. Taubah ada pada permulaan, inabah ada di pertengahan, sedangkan aubah ada di akhir. Taubah adalah tobat yang dilakukan karena takut dari siksaan. Inabah adalah tobat yang dilakukan karena mengharap pahala dan takut dari siksaan. Aubah adalah tobat karena memenuhi perintah, bukan karena mengharap pahala dan takut dari dari siksaan. Dikatakan, taubah adalah sifat orang-orang mukmin, inabah adalah sifat para wali yang dekat dengan Allah, sedangkan aubah adalah sifat para nabi dan rasul. Firman Allah Swt, “Dia sebaik-baiknya hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada Tuhannya.”

Ahmad Ariefuddin

Kisah Kejujuran Syaikh Abdul Qadir Jailani

Seorang ibu mulai mempersiapkan kepergian anaknya. Dia terus menangis dan bersedih, karena tahu bahwa inilah perpisahan yang selamanya. Mereka tidak akan selamanya hidup, namun inilah keinginan anaknya dan di atasnya ada kehendak Allah Swt. Yang tidak dapat ditolak. Dalam semua ini terdapat sebuh hikmah yang akan muncul setelah itu.

Ibunda Syaikh Abdul Qadir Jailani memiliki 80 dinar warisan dari ayahandanya Syaikh Abdul Qadir Jailani. Itu harta dunia miliknya. Dia hendak memberikan semuanya kepada Syaikh yang pada saat itu masih muda dan membutuhkan bekal selama perjalanan dan keterasingannya di Bagdad, namun Syaikh menolak membawa semuanya. Dia membawa setengahnya, yakni 40 dinar, lalu memberikan yang setengahnya lagi kepada ibunya. Ibunya menyimpan uang tersebut di saku yang dia jahit untuk anaknya, tepat di bawah ketiak mantelnya, agar tidak terlihat oleh pencuri atau perampok. Mereka menunggu jadwal keberangkatan kafilah dari jailan yang pergi ke Bagdad. Lalu Syaikh muda itu pun ikut bersama mereka. Beliau tidak membawa harta selain ketakwaan, tulusnya keimanan yang meresap di dalam hati, akhlak mulia yang tumbuh dan terpelihara, serta uang sebesar 40 dinar. Ketika hendak berpisah, ibunya berpesan:

“Wahai Anakku, janganlah berbohong, karena seorang mukmin tidak akan berbohong. Wahai Anakku, jadlah orang yang jujur selamanya, sebagaimana aku telah mendidikmu. Inilah harapanku kepadamu.”

Kemudian pergilah kafilah tersebut menuju Hamadzan, daerah Iran bagian tengah. Mereka beristirahat di sana beberapa hari, lalu melanjutkan pergi menuju Bagdad. Peristiwa ini terjadi pada 488 Hijriah.

Kafilah datang ke Hamadzan dengan selamat, lalu mereka istirahat beberapa hari disana. Ketika melanjutkan perjalanan menuju Bagdad, di sanalah Syaikh Abdul Qadir Jailani mendapatkan ujian pertamanya: ujian terhadap aqidah, keimanan, akhlak, dan kejujurannya. Beliau telah berhasil melewati ujian tersebut.

Ketika kafilah tersebut dalam perjalanan dari Hamadzan menuju Bagdad, datanglah sekelompok pencuri dan oerampok dengan berkendara kuda, mengelilingi mereka dari segala arah. Mereka berteriak agar kafilah itu menyerah. Kafilah merasa kebingungan, sehingga mereka berhentikan kendaraannya. Dan mulailah perampok memeriksa kafilah itu satu persatu, lalu mengambil sesuatu yang ringan tapi berharga. Syaikh Abdul Qodir Jailani duduk sambil menunggu gilirannya untuk diperiksa. Salah seorang dari perampok melewati dan menanyai setiap orang. Mereka tidak mengaku memiliki harta. Lalu perampok itu menggeledah dan mengluarkan harta mereka dan merebutnya.

Tibalah giliran Syaikh muda. Si perampok melihatnya hanya sekedar anak muda berbaju biasa yang tidak menunjukkan orang yang berharta dan berpenampilan seorang saudagar. Si perampok melewatinya, lalu menuju orang berikutnya. Sambil berlalu, si perampok bertanya kepada Syaikh seperti yang dia tanyakan kepada yang lainnya, “apakah kau memiliki sesutu?” kemudian dia melangkahkan kakinya, karena merasa yakin bahwa jawabanya adalah tidak. Namun ternyata dia mendapat jawaban yang membuatnya kaget. Syaikh Abdul Qodir Jailani menjawab, “Ya, saya punya 40 dinar.” Si perampok merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia kembali bertanya, lalu Syaikh kembali menjawab, “Ya, saya punya 40 dinar.” Si perampok menyangka, anak muda ini hanya memperolok-olok atau sekedar bercanda. Tetapi setelah dia terus menanyainya, barulah dia merasa yakin bahwa yang dikatakan anak muda itu benar. Dia langsung terperanjat, lalu berkata, “Ayo, temui pemimpin kelompok kami.”

Di sana, pemimpin kelompok perampok itu kembali bertanya, lalu Syaikh Abdul Qadir Jailani kembali menjawab, “ya, saya punya 40 dinar.” Lalu dimanakah itu?” tanya pemimpin perampok tersebut. Beliau mengeluarkan uang tersebut dari bawah ketiaknya. Maka terkejutlah si pemimpin perampok. Setelah menghitungnya, ternyata jumlahnya tepat 40 dinar. Dia bertanya kepada Syaikh, “Apa yang mendorong kamu untuk mengaku, padahal uang tersebut ada di tempat yang aman dan kami pun tidak menyangka kau memiliki sesuatu?” Syaikh Abdul Qodir Jailani menjawab, “karena sebelum pergi, ibuku berpesan kepadaku agar aku selalu jujur dan tidak berbohong selamanya. Orang ini bertanya kepadaku, “apakah kamu memiliki sesuatu?, “ maka aku tidak berbohong kepadanya.”

Si pemimpin perampok pencuri tersebut mulai terpengaruh dengan apa yang dia dengar. Dia pun menangis, padahal dia tidak pernah mengenal tangisan selama hidupnya. Dia lalu menoleh kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani dan berkata, “Kamu telah di nasihati ibumu, lalu kamu mengingat nasihatnya, walaupun kamu tahu resikonya, apa yang kamu miliki itu akan hilang. Sementara kami, bertahun-tahun merampok, merampas harta, dan meneror orang-orang yang aman, lalu menamai diri kami sebagai orang-orang Muslim. Saksikanlah, Nak. Sejak saat ini aku akan sungguh bertobat dari semua itu.”

Kemudian dia memanggil semua anak buahnya, menceritakan kisah anak muda tersebut. Mereka semua terpengaruh, lalu mengikuti pemimpinnya untuk bertobat dari perilaku yang bertentangan dengan syariat Allah. Lalu kafilah tersebut melanjutkan perjalanannya hingga tiba di Bagdad dengan rasa aman, karena turut di kawal oleh mereka. Bukankah ini adalah karamah Syaikh Abdul Qadir Jailani yang paling agung?

Ahmad Ariefuddin

Sultan Menjadi Jujugan (Tempat Mengadu)

Sebagai Raja Mataram yang hidup di alam modern, sejak muda Sri Sultan Hamengku Buwono X telah terlibat dalam berbagai jabatan masa kini. Antara lain tercatat sebagai direktur utama PT Punokawan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris Pabrik gula Madukismo, Presiden Komisaris Bank Dagang Negara Indonesia, Ketua Umum Kadinda DIY, Ketua DPD Golkar DIY, Ketua yayasan widya mataram Yogyakarta, Ketua KONI DIY, serta anggota DPR RI.

Meski demikian, tampaknya Sri Sultan Hamengku Buwono X kurang tertarik pada dunia bisnis. Berulang kali beliau berkata “kalau boleh memilih, saya lebih menyukai politik”. Tak heran, dalam setiap pertemuan bisnis di persahaan yang di pimpinnya atau denga perusahaan lain, umpamanya, biasanya Sultan akan sabar mendengarkan pendapat orang lain sebelum beliau sendiri berbicara. Sosok seperti ini dalam bidang bisnis lebih cocok sebagai pemberi gagasan dan pengarah, bukan pengelola pelaksana. Sama persis dengan ayahandanya yang lebih suka diam dan mendengarkan sebelum mengambil keputusan.

Sementara, sebagai raja pertama yang menyandang gelar haji beliau sering aktif memberikan ceramah di berbagai pengajian, sekaligus juga memiliki toleransi besar terhadap kepercayaan agama lain. Hal ini tercermin pada saat peringatan 40 hari dan 100 hari wafatnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sebagai kepala keluarga keraton Yogyakarta, Sultan memberikan kesempatan yang sama kepada penganut agama lain (selain Islam) dengan menyediakan banyak tempat di keraton, untuk menyelenggarakan doa bersama. Tiap tempat yang disediakan bagi kelompok Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha itu sangat representatif, memapu menampung ribuan umat.

Sosok Sri Sultan Hamengku Buwono X merupakan fidur yang mampu menjadi anutan bagi rakyatnya. Selain menjadi anutan, Sultan juga memberikan pengayoman kepada rakyatknya. Karena, hampir setiap ada masalah yang di hadapi rakyat, selalu di sampaikan kepada rajanya, baik masalah kesulitan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), persoalan tanah, maupun aneka masalah sosial lainnya.

Misalnya, pada senin 9 November 1998 Sultan menerima sekitar 50 kru bus kota yang mewakili 4.000 sopir, kondektur, dan kernet di Kantor Gubernur DIY, Kompleks kepatihan Yogyakarta. Salah satu pengaduan mereka adalah merajalelanya para copet yang sudah berani merampas harta milik penumpang. Sultan memang menjadi tumpuan akhir karena meski sudah berkali-kali mengadu ke aparat kepolisian, laporan itu seakan tidak mendapat perhatian serius. Malahan setiap habis melakukan pengaduan, jumlah copet justru semakin meningkat.

“Aspirasi kalian sangat saya perhatikan. Soal suku cadang, akan di sediakan kredit lunak dari pemerintah. Pemda DIY sendiri akan membantu dana untuk melakukan antisipasi keamanan bagi penumpang dan awak bus kota. Terhadap pengamanan itu, terlebih dahulu akan dilakukan identidikasi terhadap orang yang dicurigai, dengan kode tertentu.” Jelas Sultan Hamengku Buwono X bijaksana.

Kebiasaan Sultan memberikan pengayoman kepada warganya bukan hanya kalau ada rakyat yang datang mengadu, tetapi juga dilakukan proaktif dengan mendengar langsung keluhan yang dihadapi kawula-nya, misalnya mendatangi dan mendengarkan perbincangan anak-anak muda, yang sering nongkrong di depan Gedung Negara (Gedung Agung), jalan Achmad Yani Yogyakarta.

Menjelang Sidang Istimewa Mejelis Permusyawaratan Rakyat (SI MPR) Repoblik Indonesia, 10-13 November 1998, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga menjaring aspirasi mahasiswa dengan mendatangi barak perkemahan para aktivis dari berbagai aliansi mahasiswa dan pemuda di bulevar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sabtu 7 November 1998, Tujuan utama kunjungan Sultan itu adalah untuk menyerap langsung aspirasi masyarakat sebagai bahan SI MPR RI 1998.

“Saya sangat berharap, rekan-rekan pemuda dan mahasiswa secepatnya menulid aspirasinya yang akan saya bawa ke SI MPR. Saya tunggu di Keraton atau Pemda DIY”. Kala Sultan.

Aspirasi rakyat yang di bawa Sultan ke SI MPR itu ternyata tidak hanya datang dari DIY, melainkan ada yang datang dari Semarang (Jateng), Bandung (Jabar), dan Sumatra Selatan. Aspirasi itu dikirim lewat surat pos dan faksimili, isinya antara lain tentang masalah Dwifungsi ABRI, kekayaan mantan presiden Soeharto, dan tanah milik rakyat yang “dirampas” secara paksa keluarga cendana.

“Aspirasi masyarakat ini merupakan amanah yang hasur diperjuangkan di SI MPR melalui Fraksi Utusan Daerah (FUD). Apapun bentuk aspirasi itu, pemerintah harus mendengarkan untuk di tindak lanjuti. Bagi kami, menyampaikan aspirasi sudah menjadi kewajiban,” Kata Sultan.

Maka, ketika dirinya didesak untuk ikut dalam dialog nasional di kediaman K.H. Abdurahman Wahid di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sultan menyambut baik prakarsa itu. dengan langkah ringan tanpa beban, Sultan hadir di rumah Gur Dur sekitar pukul 14.15 WIB, sebelum kehadiran Megawati dan Amien Rais.

Aktifitas Sultan tidak hanya sebagai pemimpin kerabat Keraton Yogyakarta, tetapi juga terjun di bisnis, politik, dan olahraga. Semenjak menjadi Gubernur, biasanya, Ngarso Dalem pulang kerja sekitar pukul 16.30 WIB, sampai dirumah terus istirahat, kemudian bangun menjelang sahlat maghrib. Meski demikian, kesibukan yang luar biasa itu nyatanya tidak mengganggu hobinya berolahraga. Sebab, bila lupa berolahraga pernyakit Maag Sultan akan kambuh. Sultan sangat menyadari beban stresnya cukup tinggi karena sudah menerima tamu sejak pukul 07.00. tiap tamu berbicara masalah berbeda. Tidak ada kesempatan untuk men-Switch (memutar) pikiran. “Kalau omong politik saja, atau bisnis saja tidak masalah,”. Komentarnya.

Kerja keras Sultan ini untuk menyelesaikan pekerjaan yang hampir satu tahun tertunda di kantor Gubernur DIY. Jam kerja Sultan yang selalu pulang pukul 16.30 WIB kuwalahan (keteteran). Tentu saja, dengan jam kerja seperti ini Sultan harus mulai ikut-ikutan merombak kebiasaan tidur siang selepas kerja. Secara tidak langsung Sultan telah memberi contoh mengutamakan kepentingan Masyarakat di atas kepentingan pribadi atau bahkan keluarga.

Ahmad Ariefuddin

Puasa dari segi kesehatan

H.R Ibnu Majah “Bagi tiap-tiap sesuatu ada pembersihnya dan pemebersih tubuh kasar adalah puasa”

H.R Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim “Tiada wadah yang di padati oleh anak adam yang lebih padat dari pada perut besarnya sendiri. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap atau kepal makanan, sekadar menegakan tulang sulbinya. Jika memang perlu di tambah, hendaknya perut itu di isi sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk hawa (udara).

Dalam berbagai riwayat, Rasulullah menekankan, agar setelah kenyang seseorang tidak makan lagi. Sebab, asal tiap-tiap penyakit adalah karena terlampau kenyang. Rasulullah menegaskan, bahwa ilmu dan akal (kecerdasan) tidak mungkin ada bersama perut besar yang senantiasa dipadati dengan makanan.

Umar bin khattab pernah berkata : “kuasai dan tahanlah perut besarmu, karena itulah yang merusak tubuhmu, ia mendatangkan penyakit dan menyia-nyiakan shalat”

Nah kemudian jika kita ingin melihat hikmah dari puasa pun kita bisa melihatnya dari binatang, terutama pada jenis unggas seperti ayam, burung, bebek dll. Pada saat ia mengerami telurnya ia hanya akan makan sedikit dan dampaknya adalah temperatur tubuhnya selalu akan tetap stabil, yang berguna untuk menetaskan telurnya. Coba jika binatang itu makan terlalu banyak dan tak beraturan, sudah bisa di pastikan bahwa telur yang di erami tidak akan menetas.

Ahmad Ariefuddin

Puasa menurut penganut Hindu-Bali

Para penganut Hindu-Bali khususnya hingga sekarang masih melaksanakan ajaran puasa, terutama pada hari raya nyepi, yaitu hari raya pergantian tahun Caka atau yang sering di baca Tahun Saka, tang berselisih 78 tahun dari Tahun Masehi. Tahun Caka atau Tahun Icaka atau Icakawarsa adalah tahun yang jatuh pada akhir sasih (bulan) yang ke-Sanga (sembilan) atau awal sasih ke-Sedasa (sepuluh). Bulan kesembilan di anggap mengandung nilai filosofis tersendiri yang menakjubkan dan istimewa bagi orang-orang Hindu-Bali.

Hari Raya Nyepi merupaka puncak dari upacara dua hari sebelumnya, yaitu Upacara Melelasti/Mekiyis dan Upacara Meracu.

Sebutan Nyepi yang berarti sepi, kosong, sunia (sunyi) atau suwung (kosong) mengandung arti simbolis, di mana umat Hindu-Bali sengaja Nyepi atau mengososngkan dari kegiatan-kegiatan biasanya. Pada hari itu umat Hindu di wajibkan pada 4 (empat) macam pantangan/larangan sebagai mana upacara lontar Sundarigama yaitu:

  1. Amati Geni, yaitu tidak boleh menyalakan lampu atau menggunakan api untuk penerangan;
  2. Amati Karya, yakni tidak boleh bekerja apapun;
  3. Amati lelungan, yakni tidak boleh bepergian atau meninggalkan rumah
  4. Amati Lelalungan, yakni tidak boleh membunyikan bunyi-bunyian atau bersukaria dengan bunyi-bunyian.

Nyepi dalam arti yang sebenarnya adalah melakukan semedi (meditasi), mengheningkan cipta, menghentikan segala kegiatan atau mengosongkan segala kenangan baik ataupun buruk. Hakikat Nyepi adalah segala yang dimulai dari kosong atau sepi. Memalui semedi (pengosongan fikiran dan perasaan) di maksudkan untuk siap menerima petunjuk-petunjuk dari Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Kuasa) dalam memulai hidup baru atau kegiatan baru.

Pada Hari Raya Nyepi itulah umat Hindu di Bali khususnya, melakukan puasa (upawasa) atau tapa (mengendalikan dan menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seks dengan istri), melakukan brata ( mengekang nafsu), yoga ( menghubungkan batin dengan Tuhan), serta semedi (meditasi, manekung, memusatkan pikiran).

Umat hindu diharuskan melakukan Brata Mati Geni secara sungguh-sungguh, dengan simbol memadamkan hawa nafsu nagkara murka, merenugnkan kesalahan dan dosa-dosa serta tidak bersikap serakah.

Amatai Geni tersebut dilakukan sejak pagi hari sebelum matahari terbit pada Hari Raya Nyepi sampai hari berikutnya sebebelum matahari terbit pula, yaitu selama 24 jam penuh.

Dalam puasa, tapa, brata dan amati geni tersebut, umat Hindu di larang makan, minum dan bersenggama dengan istri/suami. Mereka ditekankan agar mengekang panca indra dari rangsangan nafsu tercela. Untuk itulah umat hindu pada hari raya nyepi di larang menyalakan api (lampu), bekerja, berpegian, dan bersukaria dengan bunyi-bunyian.

Puasa umat hindu harus dilaksanakan sesuai dengan Dharma/Agama, dengan mematuhi pantangan-pantangan yang di ajarkan oleh Dharma itu. para pelanggarnya akan di kenakan denda, yang biasanya berbentuk uang yang besar/kecilnya di tentukan ileh adat setempat.

Walaupun demikian, ada pengecualian bagi seorang, yang diatur oleh pemuka agama/adat, yakni pemeberian keringanan untuk tidak melakukan puasa, yakni kepada siapa yang denang sakit, yang mempunyai bayi di rumah dan anak-anak yang belum dewasa. Namun mereka lebih di sukai untuk tetap tinggal di rumah atau membaca-baca buku-buku agama.

Ahmad Ariefuddin

Wanita menjadi imam dalam shalat ?

Yusuf al-Qardawi (Seorang pemikir tradisionalis legalis)

Yusuf al-Qardawi lahir di mesir pada 1926. Sejak umur sepuluh tahun ia sudah menghafal al-Qur’an. Pendidikannya ia tempuh di Al-Azhar, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tngkat universitas, hingga ia bisa meraih gelar Ph.D di sana tahun 1973. Pada saat menulis disertasi, ia di angkat sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Study Islam di Universitas Qatar.

Ia telah mempublikasikan lebih dari empat puluh buku terkait berbagai bidang kehidupan, sastra dan puisi. Al-Qardawi di anggap sebagai salah seorang pemikir islam yang paling moderat, dan sebagai salah satu pemikir islam yang mencoba memadukan antara pengetahuan syariah tradisional dengan pemahaman tentang problem-problem kontenporer. Tulisan-tulisannya mendapat sambutan yang hangat dari seluruh sektor dunia muslim, dan karya-karyanya yang juga banyak yang telah di alihbahasakan ke dalam berbagai bahasa.

Contoh fatwanya di bawah ini menunjukan bagaimana pemikiran al-Qardawi mengenai salah satu isu yang paling kontroversial yaitu tentang imam wanita dalam shalat. Di sini ia mengikuti garis tradisionalis legalis. Dalam tanggapannya terhadap pertanyaan terkait apakah seorang wanita diperbolehkan untuk memimpin shalat, al-Qardawi menyatakan :

“Sepanjang sejarah Islam belum pernah di dengar ada seorang wanita yang memimpin shalat jum’at atau menyampaikan khotbah jum’at, sekalipun pada masa ketika seorang wanita, Syajarat al-Durr (659 H/1259 M), menguasai umat muslim di Mesir pada periode  Bani Mamluk.

Sudah menjadi ketetapan dalam Islam bahwa yang menjadi imam dalam shalat adalah laki-laki. Orang yang menjadi makmum di belakang imam harus mengikuti seluruh gerakan imam, mulai dari rukuk, sujud, dan seterusnya, dan mendengarkannya dengan seksama ketika ia membaca al-Qur’an.

Dalam islam,shalat adalah sebuah tindakan yang melibatkan berbagai badan; shalat tidak hanya sebatas mengucapkan do’a –do’a saja seperti yang ada dalam ibadahnya agama kristen. Lebih dari itu, shalat membutuhkan konsentrasi pikiran, kerendahan diri dan kepasrahan hati secara total hanya kepada Allah yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, tidaklah pantas jika seorang wanita, yang notabene susunan fisiknya secara alamiah bisa membangkitkan naluri laki-laki, memimpin laki-laki dalam shalat dan berdiri di depan mereka, sebab hal ini akan dapat memalingkan perhatian kaum laki-laki dari konsentrasi ketika shalat dan dari atmosfer spiritual yang seharusnya diperlukan  di dalam shalat.

Islam merupakan agama yang mempertimbangkan seluruh aspek,baik material maupun spiritual, di dalam diri manusia. Islam tidak memperlakukan manusia layaknya malaikat super. Islam mengakui bahwa mereka memiliki naluri dan hasrat manusiawi. Begitulah bijaknya islam dalam menetapkan aturan kepada mereka agar supaya mereka tercegah dari memperturutkan hasrat, khususnya ketika melakukan ibadah shalat di mana saat itulah di butuhkan kekhusukan spiritual.

Oleh sebab itu, untuk menghindari timbulnya naluri laki-laki dalam shalat maka syariat memerintahkan bahwa hanya laki-laki sajalah yang boleh mengumandangkan adzan dan menjadi imam shalat, dan bahwa shaf wanita berada di belakang shaf laki-laki.

Ahmad Ariefuddin