Sejarah Titik dalam huruf Arab

Tadinya abjad Arab yang dinamakan huruf Hijaiyah tidak mengenal titik, sehingga huruf qaf sama dengan fa dan wauw, nun sama dengan ba, ta, dan tsa.

Pada suatu hari Khalifah Umar bin Khathab mengirimkan utusan kepada gubernurnya d Baghdad. Ia di bekali surat kepercayaan yang berbunyai: aqbil hu. Artinya: terimalah dia.

Oleh gubernur diterimanya keliru. Kalimat itu, karena tidak bertitik, di baca salah menjadi: uqtul hu, yang artinya: bunuhlah dia.

Gubernur ragu-ragu mendapat perintah untuk membunuh seorang utusan yang dari penampilannya betul-betul sopan, jujur, dan tidak berdosa. Maka gubernur cepat-cepat mengirim utusan kepada Khalifah Umar bin Khathab menanyakan masalahnya.

Oleh Umar dibacanya surat dari sang Gubernur: “Saya bimbang mengapa Amirul Mukminin menyuruh saya untuk membunuh seorang utusan yang kelihatannya tidak punya dosa dan dapat dipercaya?”

Umar terperanjat. Untuk perintah itu tidak segera dilaksanakan. Kalau tidak, bisa-bisa ia ikut menanggung dosa atas di bunuhnya orang yang tidak berdosa dan bersalah.

Maka ia pun membalas surat sang Gubernur yang menjelaskan: “Aku menyuruhmu untuk menerima utusan pribadiku itu dengan baik. Sama sekali aku tidak memrintahkanmu buat membunuh utusan tersebut, yang merupakan tenaga kepercayaanku.”

Mulai dari saat itu dilangsungkanlah rembukan mengenai kejadian yang nyaris mengerikan tersebut.

Dalam keputusannya, Umar bin Khathab berusaha memperbedakan beberapa huruf yang bentuknya serupa. Dan dipilihnya jatuh untuk membubuhkan titik yang berbeda-beda jumlahnya pada huruf-huruf Arab yang sama bunyinya jika tidak berciri tertentu.

Selamatlah dengan demikian keyakinan umat Islam di masa-masa mendatang dengan tidak lagi merasa was-was terhadap kebenaran bacaannya.

Itulah asal mulanya dua titik pada huruf ta, satu titik di atas nun, tiga titik untuk huruf tsa, dan satu titik dibawah huruf ba. Sedangkang qaf diberi dua titik, fa satu titik, dan yang telanjang serta tidak bisa di sambung dengan huruf sesudahnya adalah wauw.

Ahmad Ariefuddin

Tinggalkan komentar