Kisah cinta Pramoedya Ananta Toer

pramoedya ananta toer

                “Aku benar-benar telah jadi broodschrijver, seorang yang menulis untuk sesuap nasi, mesin tulis, modal kerjaku, rasa-rasanya minta ampun. (Brieven hlm. 186)

Ketika situasi keuangan makin parah dan pertengkaran dengan istrinya makin hebat, juga karena Pramoedya masih tetap merasa bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Perkawinannya tidak tertolong lagi. Ia beberapa kali di usir dari rumah istrinya, walaupun pada masa itu anak ketiga mereka, Nenny, baru dilahirkan. Suatu ketika, saat kondisi yang begitu suram baik ekonomi dan kondisi kejiwaannya sangat murung, ia berkunjung ke Pekan Buku Gunung Agung, september 1954.

Di sana ia melihat seorang wanita penjaga stan pameran buku yang menarik perhatiannya. Pramoedya mendatangi wanita tersebut dan mengajaknya berkenalan. Hari-hari berikutnya selama pameran buku berlangsung, Pramoedya selalu menemani wanita yang bernama Maemunah Thamrin, anak kandung H.A. Tamrin, saudara kandung seorang Nasionalis yang terkenal yaitu Mohammad Husni Tamrin. Pramoedya menemani Maemunah seperti orang yang menjaga stand tersebut.

Mengenai istri keduanya, ada cerita atau rumor yang menyebutkan bahwa Pramoedya pernah bersaing dengan Soekarno dalam merebutkan hati Maemunah. Pada suatu ketika Bung Karno juga sering mengunjungi Stan Pameran Buku dan melihat gadis tersebut. Dengan bercanda, ia menggambarkan adegan itu sebagai “Buaya kedahuluan Buaya”. Pramoedya berani bertarung dengan Soekarno untuk merebutkan gadis tersebut. Ia dengan telaten, teguh, bekerja keras, dan intens melakukan pendekatan, akhirnya Maemunah berhasil menjadi istrinya yang setia sampai akhir hayatnya.

Ahmad Ariefuddin

Tinggalkan komentar